Senin 26 Aug 2024 16:11 WIB

Kisah Raja Zalim Dibungkam Nabi Ibrahim 

Raja Namrud telah dikaruniai Allah kekuasaan tapi tak bersyukur.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
Kisah Nabi Ibrahim AS (ilustrasi). Dalam sebuah literatur
Foto: www.freepik.com
Kisah Nabi Ibrahim AS (ilustrasi). Dalam sebuah literatur

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Di era Nabi Ibrahim Alahissalam ada seorang raja bernama Namrud yang wilayah dan kekuasaannya besar. Raja Namrud dengan kekuasaannya menjadi angkuh dan zalim, merasa mampu berbuat sesukanya.

Namun, tantangan Nabi Ibrahim kepada Raja Namrud membuatnya terbungkam, tidak bisa menjawab. Raja Namrud yang merasa mampu mengendalikan segalanya, tidak bisa menjawab tantangan Nabi Ibrahim.

Baca Juga

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْ حَاۤجَّ اِبْرٰهٖمَ فِيْ رَبِّهٖٓ اَنْ اٰتٰىهُ اللّٰهُ الْمُلْكَ ۘ اِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّيَ الَّذِيْ يُحْيٖ وَيُمِيْتُۙ قَالَ اَنَا۠ اُحْيٖ وَاُمِيْتُ ۗ قَالَ اِبْرٰهٖمُ فَاِنَّ اللّٰهَ يَأْتِيْ بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِيْ كَفَرَ ۗوَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَۚ

Alam tara ilal-lażī ḥājja ibrāhīma fī rabbihī an ātāhullāhul-mulk(a), iż qāla ibrāhīmu rabbiyal-lażī yuḥyī wa yumīt(u), qāla ana uḥyī wa umīt(u), qāla ibrāhīmu fa innallāha ya'tī bisy-syamsi minal-masyriqi fa'ti bihā minal-magribi fabuhital-lażī kafar(a), wallāhu lā yahdil-qaumaẓ-ẓālimīn(a).

Tidakkah kamu memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim mengenai Tuhannya karena Allah telah menganugerahkan kepadanya (orang itu) kerajaan (kekuasaan), (yakni) ketika Ibrahim berkata, “Tuhankulah yang menghidupkan dan mematikan.” (Orang itu) berkata, “Aku (pun) dapat menghidupkan dan mematikan.” Ibrahim berkata, “Kalau begitu, sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur. Maka, terbitkanlah ia dari barat.” Akhirnya, bingunglah orang yang kufur itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang zalim. (QS Al-Baqarah Ayat 258)

Pada ayat ini dicontohkan keadaan dan sifat keangkuhan Raja Namrud dari Babilonia, ketika berhadapan dengan Nabi Ibrahim sebagai Rasul Allah. 

Raja Namrud telah dikaruniai Allah kekuasaan dan kerajaan yang besar, tetapi dia tidak bersyukur atas nikmat tersebut, bahkan menjadi seorang yang ingkar dan zalim. Rahmat Allah yang seharusnya digunakannya untuk menaati Allah, digunakannya untuk mendurhakai-Nya, dengan melakukan perbuatan yang tidak diridai-Nya.  

Raja Namrud yang telah mengambil setan sebagai pemimpin dan pelindungnya itu, dengan sikap congkak berkata menentang Nabi Ibrahim.

Raja Namrud berkata, "Siapakah Tuhanmu yang kamu serukan agar kami beriman kepadanya?” 

Nabi Ibrahim menjawab, “Tuhanku adalah Allah yang kuasa menciptakan makhluk yang semula tidak ada, atau menghidupkan orang yang tadinya sudah mati."

Maka Raja Namrud menjawab, “Kalau begitu, aku pun dapat pula menghidupkan dan mematikan.” Maksudnya, membiarkan hidup atau tidak membunuh seseorang yang seharusnya dia bunuh, dan dia sanggup mematikan seseorang, yaitu dengan membunuhnya.

Sedang yang dimaksudkan oleh Nabi Ibrahim ialah bahwa Allah SWT menciptakan makhluk hidup yang tadinya belum ada, yaitu dengan menciptakan tulang-tulang, daging dan darah, lalu meniupkan roh ke dalamnya, atau dari makhluk yang telah mati, kemudian Allah mengembalikannya menjadi hidup pada Hari Kebangkitan kelak. 

Allah kuasa pula mematikan makhluk yang hidup, tidak dengan membunuhnya seperti yang dilakukan oleh manusia, melainkan dengan mengeluarkan roh makhluk tersebut dengan datangnya ajal atau dengan terjadinya hari kiamat kelak. 

Maka jawaban Raja Namrud yang disebutkan dalam ayat ini adalah olok-olokan belaka, tidak sesuai dengan apa yang dimaksudkan oleh Nabi Ibrahim. 

Oleh karena jawaban Raja Namrud itu tidak ada nilainya, maka Nabi Ibrahim tidak mengindahkan jawaban itu. Lalu dia berkata, “Tuhanku (Allah) kuasa menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah olehmu matahari itu dari barat.” 

Raja Namrud tidak dapat menjawab. Sebab itu dia bungkam, tidak berkutik. Di sini dapat dilihat perbedaan antara Nabi Ibrahim dan Raja Namrud. Nabi Ibrahim sebagai Rasul Allah yang beriman dan taat kepada-Nya, senantiasa memperoleh petunjuk-Nya, sehingga dia tidak kehilangan akal dan dalil dalam perdebatan itu, bahkan dalilnya yang terakhir tentang bukti kekuasaan Allah dapat membungkam Raja Namrud. 

Sebaliknya Raja Namrud yang ingkar dan durhaka kepada Allah, benar-benar tidak mendapat petunjuk-Nya, sehingga dia kalah dan tidak dapat berkutik lagi untuk menjawab tantangan Nabi Ibrahim. Itulah akibat orang yang mengambil setan sebagai pemimpin dan pelindung mereka. (Tafsir Kementerian Agama)

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement