Rabu 04 Sep 2024 11:11 WIB

MUI: Kunjungan Paus Fransiskus Momentum Umat Beragama Bangun Perdamaian

Kehadiran Paus Fransiskus momentum bahas penyelesaian konflik.

Rep: Muhyiddin/ Red: Erdy Nasrul
Paus Fransiskus didampingi Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas tiba dari Vatikan di Bandara Internasional Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Selasa (3/9/2024). Pemimpin Takhta Suci Vatikan tersebut dijadwalkan melakukan kunjungan pada 4-5 September 2024 ke sejumlah tempat di Jakarta, seperti Istana Negara, Gereja Katedral, Masjid Istiqlal, dan Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK).
Foto: AP Photo/Achmad Ibrahim
Paus Fransiskus didampingi Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas tiba dari Vatikan di Bandara Internasional Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Selasa (3/9/2024). Pemimpin Takhta Suci Vatikan tersebut dijadwalkan melakukan kunjungan pada 4-5 September 2024 ke sejumlah tempat di Jakarta, seperti Istana Negara, Gereja Katedral, Masjid Istiqlal, dan Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional, Prof Sudarnoto Abdul Hakim mengatakan, kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia merupakan momentum bagi umat beragama untuk membangun perdamaian dunia. Karena, menurut dia, beberapa negara masih mengalami gejolak konflik.

"Kunjungan Paus menjadi momentum bersama di kalangan umat beragama untuk menegaskan dan memperkuat komitmen membangun perdamaian. Pertentangan dan peperangan misalnya yang terjadi di Palestina dan Rusia-Ukraina saat ini mengalami ekskalasi dan ini merusak perdamaian Dunia," ujar Sudarnoto dalam keterangan tertulis yang diterima Republika pada Selasa (3/9/2024).

Baca Juga

"Karena itu, kekuatan agama-agama menjadi penting untuk misi perdamaian dan melawan segala bentuk penjajahan," ucap dia.

Sudarnoto mengatakan, kunjungan Paus Fransiskus ini diharapkan akan mendatangkan manfaat besar bagi penguatan hubungan antar umat beragama tidak saja di Indonesia tapi juga di negara'negara lain. Karena berbagai faktor, hubungan antar umat beragama masih sering terganggu.

Menurut dia, agama-agama semestinya ditempatkan antara lain sebagai faktor penting bagi terwujudnya persaudaraan kemanusiaan (ukhuwah basyariyah/human fraternity), jangan dijadikan sebagai sumber kebencian (fobia), pertentangan dan bahkan penghsncuran.

"Karena itu, saling respek dan menjaga agama-agama (Hifduddin) haruslah dilakukan oleh masyarakat dan negara. Banyak fakta yang menunjukkan bahwa kedaulatan kamanusiaan telah dihancurkan untuk berbagai motif. Kekuatan agama harus hadir untuk membela dan mengangkat derajat kemanusiaan," kata Sudarnoto.

Dia menilai, Paus Fransiskus juga sangat memahami bahwa Indonesia sebagai negara dan bangsa yang mayoritas berpenduduk Muslim memiliki peran yang sangat strategis antara lain dalam mengarusutamakan pandangan Wasatiyatul Islam.

Dalam pertemuan pemimpin, tokoh, ulama se-dunia di Bogor beberapa tahun yang silam, kata dia, telah disepakati bahwa prinsip-prinsip yang terkandung dalam ide besar Wasatiyatul Islam sangatlah dibutuhkan oleh masyarakat internasional yang sedang menghadapi krisis multidimensi. Ditegaskan bahwa Indonesia menjadi pusat Wasatiyatul Islam global untuk dunia yang lebih adil dan sejahtera.

"Saya berkeyakinan bahwa Paus bersejalan dengan prinsip Wasathiyatul Islam yang salah satu prinsipnya ialah toleransi antar umat beragama," jelas Sudarnoto.

Dia pun berharap, kehadiran Paus Fransiskus momentum bahas penyelesaian konflik yang terjadi di berbagai wilayah terutama Rusia-Ukraina dan Palestina-Israel serta menciptakan perdamaian.

Menurut Sudarnoto, berbagai langkah politik dan diplomasi untuk menghentikan genosida Israel atas Palestina sudah dilakukan antara lain dengan melakukan genjatan senjata secara permanen. Akan tetapi, kata dia, langkah ini masih jauh dari harapan karena Israel tetap melancarkan serangan.

"Karena itu, diperlukan cara lain antara lain dengan melibatkan tokoh-tokoh lintas agama dalam proses penghentian peperangan (peace making), menciptakan perdamaian (peace building) dan memperkokoh aksi dan solidaritas kemanusiaan (human fraternity)," jelas Sudarnoto.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement