REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Kuasa hukum keluarga almarhumah Aulia Risma Lestari, mahasiswi Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Anastesi Undip Semarang, Misyal Achmad, menyebutkan perguruan tinggi tersebut tidak pernah menanggapi keluhan yang disampaikan korban atas dugaan perundungan maupun beban kerja yang berat selama menempuh pendidikan. Misyal juga mengungkap beban kerja korban yang hampir bekerja selama 24 jam sehari saat menjadi peserta PPDS.
"Keluarga bahkan sudah menyampaikan kondisi tersebut ke ketua program studi, namun tidak ada tanggapan," kata Misyal usai mendampingi keluarga Aulia Risma saat melapor ke SPKT Polda Jawa Tengah di Semarang, Rabu (4/9/2024).
Menurut dia, keluhan sudah berkali-kali disampaikan sejak 2022. Ia menduga terdapat pembiaran sehingga praktik perundungan tersebut terus terjadi.
"Ibu almarhum sudah melaporkan, namun tidak ada perubahan," katanya.
Menurut dia, Ibu almarhumah Aulia Risma, Nuzmatun Malina, sudah melaporkan secara resmi dugaan perundungan yang dialami anaknya ke Polda Jawa Tengah. Ia menuturkan sejumlah barang bukti telah disampaikan ke polisi, termasuk data rekening bank milik almarhumah.
Misayal mengungkapkan Menteri Kesehatan telah memberikan dukungan dan menguatkan keluarga almarhumah Aulia Risma untuk membuat laporan ke polisi. Sebelumnya, Undip Semarang membantah kematian Aulia, yang diduga bunuh diri, dipicu oleh masalah perundungan.
"Berdasarkan hasil investigasi internal kami, hal tersebut tidak benar," kata Manajer Layanan Terpadu dan Humas Undip Semarang Utami Setyowati.
Menurut dia, almarhumah disebut memiliki permasalahan kesehatan yang mempengaruhi proses belajar yang sedang ditempuhnya. Ia menuturkan, almarhum sempat mempertimbangkan untuk mengundurkan diri akibat kondisi tersebut.
"Namun, almarhum mengurungkan niat karena secara administratif terikat pada ketentuan penerima beasiswa," katanya.
Aulia Risma, mahasiswi PPDS Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro (Undip) Semarang meninggal dunia, diduga bunuh diri di tempat indekosnya di Jalan Lempongsari, Kota Semarang, Jawa Tengah. Korban yang ditemukan pada Senin (12/8/2024) lalu, tersebut diduga berkaitan dengan perundungan di tempatnya menempuh pendidikan.