Jumat 13 Sep 2024 07:57 WIB

Pelonggaran Suku Bunga Jadi Kunci Atasi Deflasi dan Stimulus Ekonomi

Sudah saatnya The Fed menurunkan Fed Fund Rate.

Red: Gita Amanda
Ekonom Ryan Kiryanto ( kiri) bersama Director of Compliance BRI A. Solichin Lutfiyanto (kanan) dalam acara Media Briefing bertema Penguatan BUMN Menuju Indonesia Emas, Kamis (12/9/2024).
Foto: Gita Amanda/Republika
Ekonom Ryan Kiryanto ( kiri) bersama Director of Compliance BRI A. Solichin Lutfiyanto (kanan) dalam acara Media Briefing bertema Penguatan BUMN Menuju Indonesia Emas, Kamis (12/9/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonomi Indonesia tengah berada di persimpangan jalan yang penuh tantangan. Serangkaian data terbaru menunjukkan sinyal-sinyal pelemahan yang semakin mengkhawatirkan. Deflasi yang terjadi selama empat bulan berturut-turut, penurunan Purchasing Managers Index (PMI) di bawah ambang batas ekspansi, dan peningkatan angka pengangguran menjadi bukti nyata melambatnya pertumbuhan ekonomi.

Ekonom Ryan Kiryanto mengatakan kondisi deflasi yang tidak biasa ini mengindikasikan melemahnya daya beli masyarakat, terutama kelas menengah. Penurunan konsumsi, khususnya pada sektor restoran dan properti, memberikan dampak signifikan terhadap perekonomian. Kondisi ini semakin diperparah dengan penurunan permintaan kredit, baik untuk modal kerja maupun konsumsi.

Situasi ekonomi global yang tidak menentu, terutama dengan ancaman resesi di Amerika Serikat, turut memberikan tekanan pada perekonomian Indonesia. The Federal Reserve (The Fed) diprediksi akan menurunkan suku bunga secara agresif untuk merangsang pertumbuhan ekonomi. Langkah ini diharapkan dapat menstimulus ekonomi Amerika Serikat, serta berdampak positif pada perekonomian Indonesia.

"Sebagai stimulus hampir pasti pada 20-21 september ini The Fed akan menurunkan suku bunga. Bisa 25 basis poin (bps) tapi mayoritas menghendaki 50 basis poin," kata Ryan saat ditemui di acara Media Briefing bertema Penguatan BUMN Menuju Indonesia Emas, Kamis (12/9/2024) lalu.