REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT – Meledaknya ratusan penyeranta alias pager yang membunuh sembilan orang termasuk seorang gadis kecil dan melukai 3.000 lainnya di Lebanon kian terungkap sebagai operasi teror Israel. Bagaimana operasi tersebut dilakukan?
Sejak awal saling balas serangan antara kelompok Hizbullah melawan Israel, pemimpin kelompok itu sudah mewanti-wanti rencana jahat Israel melalui telepon genggam pintar. Hal tersebut memicu perintah agar anggota Hizbullah tak menggunakan telepon genggam.
Pejuang Hizbullah kemudian menggunakan pager sebagai sarana komunikasi berteknologi rendah dalam upaya menghindari pelacakan lokasi Israel, dua sumber yang mengetahui operasi kelompok tersebut mengatakan kepada Reuters tahun ini. Pager tersebut adalah perangkat telekomunikasi nirkabel yang menerima dan menampilkan pesan. Rencana ini kemudian diendus Israel.
The New York Times melaporkan bahwa agen Israel kemudian menyembunyikan bahan peledak di dalam pager merek Gold Apollo buatan Taiwan sebelum diimpor ke Lebanon, mengutip pejabat Amerika dan lainnya yang diberi pengarahan tentang operasi tersebut. Bahan tersebut ditanamkan di sebelah baterai dengan saklar yang dapat dipicu dari jarak jauh untuk meledak.
Media itu mengutip sumbernya yang mengatakan bahwa pesanan yang diterima Gold Apollo mencakup sekitar tiga ribu perangkat, yang sebagian besar adalah model AB924.
Sumber keamanan senior Lebanon dan sumber lain mengatakan kepada Reuters bahwa badan intelijen Israel, Mossad menanam sejumlah kecil bahan peledak di dalam 5.000 pager buatan Taiwan yang dipesan oleh kelompok Hizbullah Lebanon beberapa bulan sebelum pemboman pada Selasa.
Sumber tersebut menambahkan bahwa "Mossad menyuntikkan ke dalam pager perangkat yang berisi bahan peledak yang menerima kode yang sangat sulit dideteksi dengan cara apa pun, bahkan menggunakan perangkat atau pemindai apa pun." Sumber tersebut mengatakan bahwa tiga ribu pager meledak ketika mereka menerima pesan terenkripsi yang menyebabkan aktivasi bahan peledak secara bersamaan.
Sumber keamanan lainnya mengatakan kepada Reuters bahwa hingga tiga gram bahan peledak disembunyikan di perangkat komunikasi baru dan tidak ditemukan oleh kelompok tersebut selama beberapa bulan. The Sky News Arabia melansir bahwa bahan peledak Pentaerythritol Tetranitrate (PETN) ke dalam baterai pager-pager tersebut pada sekitar bulan Februari sebelum dikapalkan ke Lebanon. Bahan peledak itu untuk diledakkan dengan cara memicu overheat dari jarak jauh pada baterai Lithium yang telah dipasangi peledak tersebut.
Pada Senin malam, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memimpin rapat untuk menentukan sikap terkait Hizbullah. Dalam rapat itu diputuskan bahwa sasaran perang Israel dikuaskan ke wilayah utara negara tersebut. Tak lama setelah keputusan itu, pada Selasa sore, operasi peledakan pager dilakukan. Tak hanya di Lebanon, operasi ini juga menyasar pejuang di Suriah.
Mantan kontraktor intelijen AS dan pengungkap fakta (whistle-blower) Edward Snowden berpendapat bahwa pola cedera—yang secara konsisten parah dan meluas—mengarah pada penggunaan bahan peledak yang ditanam, bukan kerusakan fungsi yang tidak disengaja. “Seiring dengan masuknya informasi mengenai ledakan di Lebanon, nampaknya sekarang lebih besar kemungkinannya adalah bahan peledak yang ditanamkan, bukan peretasan. Lebih banyak kebakaran kecil dan sasaran serampangan," tulisnya dalam cuitan di X.
Ia juga dengan tajam mengkritik Israel menyusul serangkaian ledakan di Lebanon, menggambarkan tindakan tersebut sebagai kejahatan yang sembrono dan sebanding dengan terorisme. "Apa yang baru saja dilakukan Israel, dengan cara apapun, adalah tindakan yang ceroboh. Mereka meledakkan banyak orang yang sedang mengemudi (artinya mobil akan tak terkendali), berbelanja (anak-anak Anda berada di kereta dorong), berdiri di belakangnya di antrean kasir), dan sebagainya.”
Menteri Penerangan Lebanon Ziad Makary mengutuk peledakan pager – alat genggam yang digunakan Hizbullah dan pihak lain di Lebanon untuk mengirim pesan – sebagai “agresi Israel”. Hizbullah mengatakan Israel akan menerima “hukuman yang adil” atas ledakan tersebut.
Militer Israel, yang terlibat dalam pertempuran lintas batas dengan Hizbullah yang didukung Iran sejak dimulainya perang Gaza pada bulan Oktober, menolak menanggapi pertanyaan tentang ledakan tersebut. Jumlah korban jiwa meningkat dari delapan menjadi sembilan pada Selasa malam sementara jumlah korban luka tetap di angka 2.750, kata kementerian kesehatan Lebanon.
Hizbullah mengkonfirmasi dalam pernyataan sebelumnya bahwa korban meninggal termasuk setidaknya dua pejuangnya dan seorang gadis berusia 10 tahun. Sedikitnya tujuh orang di Suriah juga meninggal akibat insiden serupa.
Pager meledak di Lebanon selatan, pinggiran selatan Beirut yang dikenal sebagai Dahiyeh dan Lembah Bekaa timur – semuanya merupakan benteng Hizbullah. Dalam satu contoh, video pengawasan sirkuit tertutup yang disiarkan oleh lembaga penyiaran regional menunjukkan seseorang yang sedang membayar di sebuah toko kelontong ketika sebuah perangkat genggam kecil yang diletakkan di sebelah kasir meledak. Seorang pejabat Hizbullah, yang berbicara tanpa menyebut nama, mengatakan insiden itu adalah “pelanggaran keamanan terbesar” bagi kelompok tersebut dalam hampir satu tahun konflik dengan Israel.
Koordinator khusus PBB untuk Lebanon Jeanine Hennis-Plasschaert menyesalkan serangan itu dalam sebuah pernyataan dan mengatakan hal itu “menandai peningkatan yang sangat mengkhawatirkan” dalam konflik tersebut. Washington mengatakan pihaknya tidak terlibat dalam ledakan tersebut dan tidak mengetahui siapa yang bertanggung jawab. AS kembali menyerukan solusi diplomatik terhadap ketegangan antara Israel dan Lebanon.
Mereka mendesak Iran – yang bersama sekutunya Hizbullah, Houthi di Yaman, dan kelompok bersenjata di Irak telah membentuk “Poros Perlawanan” melawan pengaruh Israel dan AS – agar tidak mengambil keuntungan dari insiden apa pun untuk meningkatkan ketidakstabilan. Tanpa berkomentar langsung mengenai ledakan di Lebanon, juru bicara militer Israel mengatakan kepala staf, Mayor Jenderal Herzi Halevi, bertemu dengan perwira senior pada Selasa malam untuk menilai situasi. Tidak ada perubahan kebijakan yang diumumkan namun “kewaspadaan harus terus dijaga”, katanya.
Keterlibatan Mossad... baca halaman selanjutnya