REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Artefak temuan dari proyek Mass Rapid Transit (MRT) di Jakart masuk pameran selama pekan ini. Pameran bakal digelar di Bentara Budaya Jakarta, Palmerah, Jakarta Barat.
Pameran tersebut bertajuk 'Jakarta dari Bawah Tanah' yang digagas oleh Perkumpulan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI) Komda Jabodetabek. Selain pameran juga bakal digelar diskusi terkait kesejarahan Jakarta.
Ketua Pelaksana pameran dan diskusi, Berthold Sinaulan, mengatakan kegiatan ini merupakan wujud pertanggunganjawaban dalam memberikan pemahaman kepada masyarakat luas bahwa setiap pembangunan di lokasi yang diduga situs bersejarah, perlu melibatkan arkeolog dan pakar terkait.
“Tujuannya adalah menyelamatkan data-data sejarah sebelum proyek pembangunan dilanjutkan agar pemahaman sejarah bisa didapat secara utuh,” kata Berthold dalam siaran pers, kemarin (23/9/2024).
Pameran ini terbuka luas untuk umum dengan dilengkapi film dokumentasi dan gelaran diskusi dengan tema-tema perjalanan sejarah Kota Batavia, informasi temuan temuan arkeologis, dan proses pembangunan MRT.
IAAI menyambut baik upaya MRT-Jakarta dan Dinas Kebudayaan DKI Jakarta dalam melibatkan para arkeolog pada proyek pembangunan jalur MRT yang sedang dilaksanakan.
Dengan memperlihatkan berbagai temuan dari bawah tanah Jakarta dalam pameran ini, lanjut Berthold, diharapkan dapat membuka cakrawala kesejarahan Kota Jakarta di masa lalu dan kini.
Lewat kegiatan ini, para arkeolog berharap jadi inspirasi masyarakat untuk melakukan kegiatan budaya dan meningkatkan kesadaran dalam menjaga, merawat, serta melestarikan kebudayaan Indonesia.
Gerakan kebudayaan ini melibatkan beberapa lembaga terkait, yaitu Museum dan Cagar Budaya (MCB) Kemendikbudristek, Bentara Budaya Jakarta, Kompas Gramedia, MRT-Jakarta, KITLV-Jakarta, dan Pemerintah Daerah Khusus Jakarta.
Berthold menyatakan, di balik kemajuan yang dicapai saat ini, Kota Jakarta menyimpan segudang cerita, terutama di bawah tanahnya. Proyek MRT menjadi salah satu jalan menguak sejarah Jakarta yang sudah terkubur lebih dari 400 tahun.
Batavia menjadi salah satu era dalam sejarah Jakarta yang dibangun oleh Perhimpunan Dagang Wilayah Hindia Timur (VOC). Wilayah ini direbut dari Kesultanan Banten pada tahun 1619.
Di Batavia, VOC membangun sistem perkotaan dengan bangunan-bangunan kokoh, termasuk benteng sebagai pelindung kota dari berbagai ancaman. Seiring waktu, Batavia menjadi pusat ekonomi penting di kawasan Nusantara. Bangsa-bangsa asing pun bergantian datang, menetap, dan merombak sistem perkotaan di daerah ini.
Semua proses itu meninggalkan jejak-jejak sejarah yang kemudian tertimbun oleh proses alam dan pembangunan. Dalam pembangunan salah satu ruasnya, MRT melibatkan para arkeolog, karena jalur sepanjang Gajah Mada dan Pintu Besar Selatan merupakan bagian dari pusat Kota Batavia di masa lalu.
Di abad ke-19, terdapat sistem trem dan stasiun-stasiunnya di jalur tersebut dan jejak-jejaknya pun terkuak dalam penggalian arkeologis. Temuan ribuan artefak juga memperlihatkan dinamika kehidupan dan panjangnya perjalanan sejarah kota Jakarta yang belum banyak diketahui oleh publik.