Selasa 24 Sep 2024 12:08 WIB

China Luncurkan Sejumlah Stimulus demi Dongkrak Perekonomian

China akan menyuntikkan lebih banyak likuiditas hingga meringankan beban hipotek.

Bank Sentral China pada Selasa (23/9/2024) mengumumkan stimulus moneter yang luas dan langkah-langkah dukungan pasar properti untuk menghidupkan kembali ekonomi yang bergulat dengan tekanan deflasi.
Foto: EPA-EFE/WU HAO
Bank Sentral China pada Selasa (23/9/2024) mengumumkan stimulus moneter yang luas dan langkah-langkah dukungan pasar properti untuk menghidupkan kembali ekonomi yang bergulat dengan tekanan deflasi.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Bank Sentral China pada Selasa (23/9/2024) mengumumkan stimulus moneter yang luas dan langkah-langkah dukungan pasar properti untuk menghidupkan kembali ekonomi yang bergulat dengan tekanan deflasi. Sejumlah stimulus tersebut diluncurkan untuk mencegah negara tersebut gagal mencapai target pertumbuhan tahun ini.

Langkah-langkah itu menandai upaya terbaru oleh pejabat China untuk memulihkan kepercayaan pada ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut setelah serangkaian data yang mengecewakan dalam beberapa bulan terakhir.

Baca Juga

Saham dan obligasi China menguat dan saham Asia mencapai titik tertinggi dalam 2-1/2 tahun karena Gubernur Pan Gongsheng mengumumkan rencana untuk menurunkan biaya pinjaman. Selain itu, People bank of China juga menyuntikkan lebih banyak likuiditas ke dalam ekonomi, serta meringankan beban pembayaran hipotek rumah tangga.

Gary Ng, ekonom senior di Natixis mengatakan dengan suku bunga riil yang tinggi, sentimen yang buruk, dan tidak adanya pemulihan di pasar properti, China membutuhkan lingkungan suku bunga yang lebih rendah untuk meningkatkan kepercayaan. "Langkah tersebut mungkin datang agak terlambat, tetapi lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali," katanya.

Pan, berbicara pada konferensi pers bersama pejabat dari dua lembaga regulator keuangan lainnya, mengatakan bank sentral dalam waktu dekat akan memangkas jumlah uang tunai yang harus disimpan bank sebagai cadangan sebesar 50 basis poin (bps). Ini dikenal sebagai rasio persyaratan cadangan (RRR).

Itu akan membebaskan sekitar 1 triliun yuan (Rp 2.157 triliun) untuk pinjaman baru, meskipun permintaan kredit sangat lemah.

Bergantung pada situasi likuiditas pasar akhir tahun ini, RRR mungkin akan diturunkan lebih lanjut sebesar 0,25-0,5 poin persentase, kata Pan.

Bank sentral China juga akan memangkas suku bunga repo tujuh hari, patokan barunya, sebesar 0,2 poin persentase menjadi 1,5 persen. Suku bunga fasilitas pinjaman jangka menengah akan turun sekitar 30 basis poin, dan suku bunga pinjaman pokok sebesar 20-25 bps.

Pan tidak menyebutkan kapan langkah-langkah tersebut akan berlaku.

Sementara itu, paket dukungan pasar properti mencakup pengurangan 50 bps pada suku bunga rata-rata untuk hipotek yang ada, dan pengurangan persyaratan uang muka minimum menjadi 15 persen pada semua jenis rumah.

Pasar properti China mengalami kemerosotan parah sejak mencapai puncaknya pada tahun 2021. Sejumlah pengembang gagal bayar, meninggalkan inventaris besar apartemen yang tidak diinginkan dan daftar proyek yang belum selesai yang meresahkan.

Beijing telah menghapus banyak pembatasan pembelian rumah dan menurunkan suku bunga hipotek serta persyaratan uang muka secara drastis sebagai respons. Sayangnya, upaya-upaya itu gagal untuk menghidupkan kembali permintaan atau menghentikan penurunan tajam harga rumah.

Krisis properti telah membebani ekonomi secara signifikan dan melumpuhkan kepercayaan konsumen, mengingat 70 persen tabungan rumah tangga diinvestasikan dalam bentuk real estate. Data ekonomi bulan Agustus secara umum tidak memenuhi ekspektasi, sehingga menambah urgensi bagi para pembuat kebijakan untuk memberikan lebih banyak dukungan.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement