REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Bank Sentral China pada Selasa (23/9/2024) mengumumkan stimulus moneter yang luas dan langkah-langkah dukungan pasar properti untuk menghidupkan kembali ekonomi yang bergulat dengan tekanan deflasi. Sejumlah stimulus tersebut diluncurkan untuk mencegah negara tersebut gagal mencapai target pertumbuhan tahun ini.
Langkah-langkah itu menandai upaya terbaru oleh pejabat China untuk memulihkan kepercayaan pada ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut setelah serangkaian data yang mengecewakan dalam beberapa bulan terakhir.
Saham dan obligasi China menguat dan saham Asia mencapai titik tertinggi dalam 2-1/2 tahun karena Gubernur Pan Gongsheng mengumumkan rencana untuk menurunkan biaya pinjaman. Selain itu, People bank of China juga menyuntikkan lebih banyak likuiditas ke dalam ekonomi, serta meringankan beban pembayaran hipotek rumah tangga.
Gary Ng, ekonom senior di Natixis mengatakan dengan suku bunga riil yang tinggi, sentimen yang buruk, dan tidak adanya pemulihan di pasar properti, China membutuhkan lingkungan suku bunga yang lebih rendah untuk meningkatkan kepercayaan. "Langkah tersebut mungkin datang agak terlambat, tetapi lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali," katanya.