Selasa 24 Sep 2024 14:26 WIB

Saat Hizbullah Dihajar Habis-habisan, ke Mana Iran dan Balas Dendamnya yang Dinantikan?

Hizbullah terancam melemah sebagai poros perlawanan Israel

Red: Nashih Nashrullah
Petugas memeriksa sisa-sisa mobil yang terbakar akibat serangan Israel di kota pelabuhan selatan Sidon, Senin (26/8/2024). Israel dan Hizbullah kembali saling melancarkan serangan,Kali ini, Israel menyerang desa Tair Harfa di perbatasan Lebanon dan wilayah kota pesisir Sidon. Serangan Israel itu mengenai sebuah mobil. Namun, belum jelas tentang adanya korban jiwa dalam serangan tersebut.
Foto: AP Photo/Mohammed Zaatari
Petugas memeriksa sisa-sisa mobil yang terbakar akibat serangan Israel di kota pelabuhan selatan Sidon, Senin (26/8/2024). Israel dan Hizbullah kembali saling melancarkan serangan,Kali ini, Israel menyerang desa Tair Harfa di perbatasan Lebanon dan wilayah kota pesisir Sidon. Serangan Israel itu mengenai sebuah mobil. Namun, belum jelas tentang adanya korban jiwa dalam serangan tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-Ketika serangan Israel terhadap Hizbullah di Lebanon meningkat, ada peningkatan ambiguitas tentang posisi Iran dalam mengimplementasikan “janji” dan ancamannya untuk membalas Israel sebagai pembalasan atas pembunuhan almarhum kepala biro politik Hamas Ismail Haniyeh di negaranya, atau untuk mendukung Hizbullah yang berada di bawah tekanan militer yang parah itu.

Setelah pembunuhan Haniyeh di Teheran pada 31 Juli 2024, yang oleh Iran sendiri dianggap sebagai “penghinaan terang-terangan” yang membutuhkan tanggapan yang tepat, Hizbullah, “poros perlawanan andalan,” menghadapi perang Israel yang belum pernah terjadi sebelumnya yang dapat menyebabkan pelemahan yang signifikan, jika bukan “pencabutan dan pemusnahan.”

Baca Juga

Menurut surat kabar Yediot Aharonot, Hizbullah menghadapi perang Israel yang belum pernah terjadi sebelumnya yang dapat menyebabkan pelemahan yang signifikan, jika tidak “mencabut dan melenyapkannya”.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah menyatakan setelah serangan “Badai Al-Aqsa” pada 7 Oktober 2023 bahwa ia “akan bekerja untuk mengubah Timur Tengah”, dan dalam pandangannya, ini bukan hanya tentang melenyapkan Hamas, tetapi juga tentang membongkar partai-partai “poros” yang mendukungnya, dan memberlakukan realitas baru di wilayah tersebut, menurut perhitungan Netanyahu.