Rabu 25 Sep 2024 08:06 WIB

Kerja Sama Indonesia-Cina Dapat Percepat Transisi Energi

Investasi hijau Cina menyasar proyek energi terbarukan yang layak secara finansial.

Rep: Lintar Satria / Red: Satria K Yudha
Petugas PLN ketika mengecek kesiapan Gardu Induk bertegangan 150 kilovolt (kV) PLTA Jatigede di Sumedang, Jawa Barat.
Foto: PLN
Petugas PLN ketika mengecek kesiapan Gardu Induk bertegangan 150 kilovolt (kV) PLTA Jatigede di Sumedang, Jawa Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- - Mitigasi krisis iklim memerlukan kemitraan internasional yang mampu mempercepat proses transisi energi ke energi terbarukan di Indonesia. Institute for Essential Services Reform (IESR) menekankan Indonesia perlu menciptakan dan menangkap peluang kerja sama dengan negara yang gencar mengembangkan energi terbarukan, seperti Cina, untuk berbagi teknologi dan menarik investasi untuk transisi energi.

Kerja sama Cina dan Indonesia telah terjalin selama 75 tahun. Sementara kolaborasi Cina dan Indonesia semakin erat dalam kerangka kerja sama Belt and Road Initiative (BRI) atau Inisiatif Jalan Sutra pada 2013.

Sejalan dengan meningkatnya kerjasama Indonesia-Cina, jumlah investasi Cina ke Indonesia di sektor energi dari 2006 hingga 2022 mencapai 8,9 juta dolar AS atau sekitar Rp 93 triliun. Porsi investasi di sektor energi dari Cina dialokasikan 86 persen untuk energi fosil, dan 14 persen untuk energi terbarukan.

Fungsional Diplomat Ahli Madya, Kementerian Luar Negeri Dino R Kusnadi mengatakan dalam BRI, Cina menjadikan Indonesia sebagai negara prioritas untuk bekerja sama. Menurutnya, sebagai negara yang menganut asas bebas aktif dalam kerja sama internasional, Indonesia mempunyai keleluasaan untuk memilih mitra selama memberikan nilai tambah secara teknologi, infrastruktur, hingga perekonomian.