Kamis 26 Sep 2024 11:21 WIB

Mengapa Nabi Ibrahim Disebut Sebagai Kekasih Allah?

Nabi Ibrahim AS bergelar Khalilullah, yang berarti Kekasih Allah.

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Hasanul Rizqa
3 Situs Jejak Nabi Ibrahim AS
Foto: republika
3 Situs Jejak Nabi Ibrahim AS

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nabi Ibrahim 'alaihi salam mendapat gelar sebagai Khalilullah. Artinya, 'sang kekasih Allah SWT.' Ia juga merupakan leluhur para utusan Allah. Salah seorang keturunannya adalah Rasulullah Muhammad SAW.

Keutamaan Nabi Ibrahim AS masyhur hingga masa kita, umat Nabi Muhammad SAW. Dalam shalat lima waktu yang kita kerjakan sehari-hari, selalu namanya disebut, khususnya di saat tahiyat akhir.

Baca Juga

Allah Ta'ala memuji suami Hajar dan Sarah itu. Dalam Alquran, Dia berfirman.

وَمَنۡ اَحۡسَنُ دِيۡنًا مِّمَّنۡ اَسۡلَمَ وَجۡهَهٗ لِلّٰهِ وَهُوَ مُحۡسِنٌ وَّاتَّبَعَ مِلَّةَ اِبۡرٰهِيۡمَ حَنِيۡفًا‌ ؕ وَاتَّخَذَ اللّٰهُ اِبۡرٰهِيۡمَ خَلِيۡلًا

"Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang dengan ikhlas berserah diri kepada Allah, sedang dia mengerjakan kebaikan, dan mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah telah memilih Ibrahim menjadi kekasih(-Nya)" (QS an-Nisa: 125).

Syekh Muhammad Nawawi bin Umar al-Bantani dalam bukunya, Nashaihul Ibad, menjelaskan sebuah riwayat. Sang Khalilullah pernah ditanya seseorang.

"Hal apakah yang menyebabkan engkau dijadikan sebagai kekasih Allah?"

Nabi Ibrahim AS pun menjawab, "Yang menyebabkan demikian ada tiga perkara."

Ketiga hal yang dimaksud adalah, pertama, bahwa Nabi Ibrahim lebih mengutamakan Allah daripada yang selain-Nya. Kedua, bapak Nabi Ismail dan Nabi Ishaq itu juga tidak pernah khawatir terhadap apa-apa yang telah ditentukan oleh Allah.

"Terakhir, saya tidak pernah makan malam atau makan siang kecuali bersama dengan tamu," ujarnya.

Bahkan, Nabi Ibrahim acap kali mengadakan perjalanan hingga puluhan menit atau berjam-jam. Tujuannya hanya untuk menemukan orang yang bisa diajaknya makan bersama di rumahnya.

Dalam kitab Nashaihul Ibad, dijelaskan pula tentang orang-orang yang mendapatkan pertolongan Allah SWT pada hari kiamat. Nabi Muhammad SAW bersabda, "Tiga golongan berada dalam naungan Allah di bawah Arsy-Nya pada hari tidak ada lagi naungan, kecuali naungan-Nya, yaitu orang yang tetap berwudhu meskipun dalam keadaan dingin, orang yang tetap pergi ke masjid meskipun dalam keadaan gelap, dan orang yang memberi makan kepada orang yang lapar."

Hal yang disebut terakhir itu sesuai dengan tradisi Nabi Ibrahim AS, yakni memberi makan dan minum kepada orang-orang yang membutuhkan. Bahkan, beliau senang menyediakan jamuan untuk para tamu dan musafir.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement