Senin 30 Sep 2024 20:29 WIB

AS Janjikan Iran Gencatan Senjata Jika tak Balas Kematian Haniyeh, Tapi Ternyata Palsu

Israel justru menghabisi Hassan Nasrallah dan meningkatkan eskalasi kawasan.

Red: Teguh Firmansyah
Bangunan hancur akibat serangan udara Israel di pinggiran selatan Beirut, Sabtu, 28 September 2024.
Foto: AP Photo/Hussein Malla
Bangunan hancur akibat serangan udara Israel di pinggiran selatan Beirut, Sabtu, 28 September 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN - Presiden Iran Masoud Pezeshkian mengatakan bahwa janji gencatan senjata yang disampaikan AS dan Eropa jika Iran tidak membalas pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh adalah 'palsu'.

Pernyataan itu ia sampaikan selama pertemuan Kabinet di Teheran pada Ahad malam, seraya mengecam pembunuhan pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah.

Baca Juga

Iran menjanjikan respons keras atas pembunuhan Haniyeh sehari setelah kepala biro politik Hamas tersebut menghadiri upacara pelantikan Pezeshkian di ibu kota Iran. Beberapa wakut kemudian, giliran Sekjen Hizbullah Hassan Nasrallah menjadi sasaran pengeboman mematikan yang dilancarkan Israel di pinggiran selatan Beirut pada Jumat. Kelompok Lebanon Hizbullah mengonfirmasi kematiannya pada Sabtu.

Pezeshkian menyebutnya sebagai kejahatan keji dan mengatakan itu sekali lagi membuktikan bahwa rezim kriminal Israel tidak mematuhi norma atau kerangka kerja internasional apa pun.

Dia mengatakan klaim para pemimpin AS dan Eropa, yang menjanjikan gencatan senjata sebagai imbalan bagi Iran untuk tidak membalas pembunuhan mantan pemimpin Hamas "sepenuhnya salah."

"Memberi lebih banyak waktu kepada penjahat hanya akan membuat mereka semakin berani untuk melakukan kekejaman," katanya.

Presiden Iran itu, yang pekan lalu berada di New York untuk menghadiri KTT Majelis Umum PBB beberapa hari sebelum pembunuhan Nasrallah, mengatakan bahwa para pejuang kebebasan Lebanon tidak boleh dibiarkan sendirian.

"Saya masih berkeyakinan bahwa para pejuang Lebanon dan pejuang kebebasan tidak boleh ditinggalkan sendirian dalam pertempuran ini, sehingga rezim yang kejam ini tidak menargetkan satu demi satu negara perlawanan, menumpahkan darah perempuan dan anak-anak yang tidak bersalah, kata Pezeshkian seperti dikutip oleh kantor berita pemerintah, IRNA.

Dia juga menekankan tanggung jawab besar negara-negara Arab dan Islam dalam menghadapi kekejaman yang dilakukan Israel di kawasan.

"Negara-negara Islam tidak boleh tinggal diam terhadap kejahatan rezim ini karena hari ini telah menjadi jelas bagi masyarakat dunia tentang siapa sebenarnya penjahat dan penyebab perang, ketidakamanan dan pembunuhan di seluruh dunia," ujarnya.

Dia juga mengkritik "standar ganda" media Barat dalam menangani "terorisme" Israel.

Pezeshkian kemudian mengatakan bahwa tindakan Israel "tidak akak dibiarkan begitu saja," termasuk pembunuhan komandan senior militer Iran Abbas Nilforoushan, yang bersama dengan Nasrallah pada saat serangan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement