Senin 07 Oct 2024 18:19 WIB

Hukum Mengucapkan Radhiyallahu Anhu dan Rahimahumullah

Saat nama sahabat Nabi disebut, ucapkanlah radhiyallahu anhu (atau anha bila wanita).

Ilustrasi Sahabat Nabi
Foto: MgIt03
Ilustrasi Sahabat Nabi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Imam Nawawi dalam kitabnya, Al-Adzkaarun Nawawiyyah, menjelaskan tentang ucapan radhiyallahu anhu (atau anha untuk perempuan) dan rahimahumullah. Itu semua bermakna, 'Semoga Allah meridhainya (atau mereka)' dan 'Semoga Allah merahmatinya.'

Kalimat tersebut dilafalkan ketika nama sahabat Nabi Muhammad SAW disebut. Begitu pula ketika nama tabiin, orang-orang sesudah mereka (tabiut tabiin), dan generasi yang saleh (salaf ash-shaliih) pasca-mereka diucapkan.

Baca Juga

Imam Nawawi mengomentari, ada sebagian ulama yang mengatakan, ucapan radhiyallahu anhu hanya khusus bagi para sahabat. Adapun selain mereka diucapkan rahimahumullah saja.

Menurut Imam Nawawi, sebenarnya pendapat tersebut kurang sesuai. Ia mengatakan, yang dipegang oleh jumhur (mayoritas) ulama adalah, sunah untuk mengucapkan radhiyallahu anhu untuk sahabat Nabi maupun generasi sesudahnya.

Apabila yang disebutkan adalah seorang sahabat dan anaknya, misalnya, maka dikatakan radhiyallahu anhuma (semoga Allah meridhai keduanya). Contoh: Ibnu Umar radhiyallahu anhuma. Sebab, secara implisit ada dua sosok yang disebut di sana, yakni Abdullah (anak Umar bin Khattab) dan Umar sendiri.

Hal yang sama dikatakan kepada Ibnu Abbas, Ibnu Zubair, Ibnu Jafar, Usamah Ibnu Zaid, dan lainnya. Tujuannya, adalah agar mencakup sahabat yang bersangkutan dan orang tuanya secara keseluruhan.

Derajat sahabat

Seperti halnya Nabi Isa AS yang ditemani para hawariyyun (penolong), Nabi Muhammad SAW juga memiliki teman perjuangan dalam dakwah Islam. Mereka biasa dikenal dengan sebutan para sahabat (bagi laki-laki) dan shahabiyah (bagi perempuan).

Definisi sahabat Nabi adalah siapa saja yang pernah bertemu dan melihat atau mendengar langsung Rasulullah SAW, memeluk Islam, serta wafat dalam keadaan Muslim.

Abu al-Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi atau yang lebih dikenal dengan Imam Muslim, seorang ulama pakar hadis masyhur, mengelompokkan sahabat Nabi dalam 12 peringkat. Pengelompokan ini didasarkan pada peristiwa yang mereka alami atau saksikan.

Derajat pertama merupakan as-sabiqun al-awalun, yakni mereka yang pertama sekali masuk Islam. Termasuk di antaranya adalah Abu Bakar ash-Shidiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.

Peringkat kedua adalah mereka yang tergabung dalam baiat di Dar an-Nadwah. Itu adalah sebuah balai pertemuan bagi orang-orang Makkah pada masa Nabi SAW.

Peringkat ketiga merupakan mereka yang turut hijrah ke Habasyah (Etiopia).

Peringkat keempat adalah mereka yang membaiat Nabi SAW di Aqabah Pertama.

Peringkat kelima adalah mereka yang hadir dalam baiat Aqabah Kedua.

Peringkat keenam adalah orang-orang yang menemui Rasulullah SAW di Quba, yakni sesaat sebelum beliau memasuki Madinah saat proses hijrah.

Peringkat ketujuh adalah mereka yang turut dalam Perang Badar.

Peringkat kedelapan adalah mereka yang hijrah ke suatu tempat antara Badar dan Hudaibiyah.

Peringkat kesembilan adalah kaum Muslimin yang terlibat dalan Baiat ar-Ridwan, yakni menjelang Perjanjian Hudaibiyah.

Peringkat ke-10, mereka yang ikut hijrah dan berislam pada masa antara Perjanjian Hudaibiyah dan Pembebasan Makkah.

Peringkat ke-11, siapapun yang berjumpa dengan dan beriman kepada Rasulullah SAW, berdasarkan urutan masuk Islam dalam masa pasca-Fath Makkah.

Terakhir, para remaja dan anak-anak yang sempat melihat Rasulullah SAW pada waktu Haji Perpisahan dan Fath Makkah.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement