REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kiai Abdullah Zain Salam merupakan seorang teladan Muslimin Indonesia, khususnya bagi warga Nahdliyin. Mantan ketua umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) yang juga presiden RI keempat, Abdurrahman Wahid alias Gus Dur bahkan memujinya sebagai ulama besar.
Cucu Hadratusy Syekh Hasyim Asy’ari itu memandang Kiai Abdullah Zain Salam sebagai seorang wali Allah yang memiliki makrifat. Mbah Dullah--demikian sapaaan akrabnya--dipandang sebagai satu dari tiga ulama pesantren panutan Gus Dur. Adapun dua nama lainnya adalah KH Abdullah Abbas dan KH Abdullah Faqih. Masing-masing berasal dari Cirebon (Jawa Barat) dan Tuban (Jawa Timur).
KH Abdullah Zain Salam atau Mbah Dullah lahir di Kajen, Margoyoso, Pati (Jawa Tengah), pada 1920. Namun, ada sumber lain yang menyebut bahwa tokoh ini lahir pada 1910 atau 1915.
Setelah menyelesaikan pendidikan di Kajen, Abdullah kemudian melanjutkan rihlah keilmuannya ke Pondok Pesantren Tebuireng yang diasuh Hadratusy Syekh Hasyim Asy'ari. Ia juga pernah melakukan safari keilmuan ke Kudus, Jawa Tengah, khususnya untuk menimba ilmu qira’ah sab’ah dari KH Arwani Amin Said. Di samping itu, dirinya belajar kepada seorang ulama-sufi, KH Abdul Hamid, asal Pasuruan. Setelah itu, barulah lelaki ini kembali ke Kajen untuk mengajar di Perguruan Islam Matholi’ul Falah sekaligus mengasuh Pondok Pesantren Mathali’ul Huda.
Mbah Dullah masyhur sebagai pakar kajian dan tafsir Alquran. Dalam hal ini, ia sukses melakukan kaderisasi ilmu kepada sejumlah santrinya. Hal itu dilakukannya dengan penuh disiplin dan ketegasan.
Dari orang-orang terdekatnya, bermunculan tokoh-tokoh umat yang disegani dan penuh keteladanan. Seorang di antaranya adalah KH Sahal Mahfudz, rais aam PBNU periode 1999-2014 dan ketua umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) 2000-2010. Kiai Sahal merupakan keponakan Mbah Dullah. Sama seperti pamannya, ia lahir di Kajen, Pati.
Mbah Dullah bukan hanya sosok hafidzul qur’an, tetapi juga sudah sampai pada taraf hamilul qur’an. Sebab, dirinya piawai dalam memahami dan mengamalkan kandungan Alquran. Ia juga merupakan sosok mufassir dan ahli fikih sehingga menjadi tempat orang-orang bertanya.
Kiai Abdullah Zain Salam wafat pada 11 November 2001. Kepergian bapak sembilan orang anak itu menyisakan duka yang mendalam tidak hanya bagi keluarganya, tetapi juga seluruh santri, ulama, dan masyarakat Muslimin pada umumnya.