REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Embargo pasokan senjata ke Isrel dinilai menjadi satu-satunya cara untuk menghentikan konflik di Timur Tengah. Israel dinilai menggunakan persenjataannya untuk melanjutkan pertempuran di jalur Gaza dan Lebanon, kata Presiden Prancis Emmanuel Macron.
"Prancis telah menyerukan penghentian ekspor senjata yang digunakan di zona pertempuran ini. Para pemimpin lain di sini juga melakukan hal yang sama. Kami semua tahu bahwa ini adalah satu-satunya cara yang dapat menghentikan (pertempuran) ini sekarang," kata Macron yang berbicara pada pertemuan puncak MED9 negara-negara anggota Uni Eropa di Mediterania yang digelar di Siprus, Jumat (11/10/2024).
Macron mengklarifikasi bahwa yang dia maksud bukan perlucutan senjata Israel sepenuhnya karena negara Zionis tersebut dinilai masih menghadapi risiko keamanan.
Pesan senada disampaikan Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez saat menggelar konferesi pers bersama Paus Fransiskus di Vatikan, Jumat (11/10/2024). Sanchez meminta komunitas internasional untuk berhenti mengekspor senjata ke Israel sesegera mungkin menyusul serangan militer Zionis itu terhadap pasukan penjaga perdamaian PBB di Lebanon.
"Saya percaya bahwa mengingat segala sesuatu yang terjadi di Timur Tengah, masyarakat internasional perlu menghentikan ekspor senjata ke pemerintah Israel," kata Sanchez.
Kepala pemerintahan Spanyol itu mengatakan negaranya secara konsisten menahan diri dari kontribusi apa pun terhadap peningkatan kekerasan dan perang di Timur Tengah. Spanyol juga dinilai belum pernah mengekspor senjata atau perlengkapan militer apa pun ke Israel sejak Oktober 2023, ketika konflik bersenjata di Jalur Gaza meningkat.
Sanchez menegaskan kembali kecaman kerasnya atas setiap pelanggaran atau gangguan terhadap hukum kemanusiaan internasional. Dia juga menyampaikan keprihatinannya yang besar atas penembakan yang dilakukan Israel terhadap Pasukan Sementara PBB di Lebanon (UNIFIL).