REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Badan Energi Terbarukan Internasional (IRENA) mengatakan berdasarkan target dan rencana pemerintah-pemerintah di dunia, pertumbuhan kapasitas energi terbarukan hanya mencapai separuh yang dibutuhkan untuk mencapai target iklim.
Pada pertemuan Perubahan Iklim PBB (COP28) tahun lalu, negara-negara sepakat untuk meningkat kapasitas energi terbarukan sebanyak tiga kali lipat. Salah satu langkah penting untuk menahan suhu bumi di atas 1,5 derajat Celsius dari masa-pra industri.
Dalam pertemuan yang digelar di Dubai itu, negara-negara juga sepakat melipatgandakan efisiensi energi sebagai langkah untuk membatasi pemanasan global. Negara-negara akan memperbaharui target emisi mereka (NDC) untuk mengatasi perubahan iklim pada Februari mendatang.
Sejumlah negara diperkirakan akan mengumumkan NDC terbarunya di COP29 yang digelar di Baku, Azerbaijan, pada November mendatang. IRENA mengatakan dunia keluar jalur dari upaya menahan pemanasan global.
"Target COP28 untuk meningkatkan energi terbarukan tiga kali lipat dan menggandakan efisiensi energi merupakan pendorong utama bagi upaya global untuk mempertahankan 1,5 derajat Celsius tapi kita beresiko gagal mencapainya. NDC berikutnya harus menandai titik balik dan membawa dunia kembali ke jalur," kata direktur jenderal IRENA Francesco La Camera, akhir pekan lalu.
IRENA melacak kemajuan negara-negara dalam mencapai target iklim. Dalam laporan IRENA disebutkan bahwa untuk meraih target energi terbarukan, kapasitas energi terbarukan dunia harus tumbuh dari 3,9 terawatt menjadi 11,2 terawatt pada 2030. Artinya, dunia harus menambahkan kapasitas energi terbarukan sebanyak 7,3 terawatt dalam kurun waktu tujuh tahun. Namun IRENA mengatakan rencana-rencana pemerintah saat ini diperkirakan hanya menambah 3,8 terawatt pada tahun 2040 kurang 34 persen dari target.
Dalam laporannya, IRENA mengatakan investasi kapasitas energi terbarukan dunia harus mencapai 1,5 triliun dolar AS per tahun untuk mencapai target itu. Sekitar tiga kali lipat dari investasi tahun lalu yang sebanyak 570 miliar dolar AS. IRENA menambahkan tingkat intensitas energi juga harus naik dari 2 persen pada tahun 2022 menjadi 4 persen per tahun antara tahun 2023 sampai 2030.