Senin 14 Oct 2024 20:14 WIB

Hasil Produksi Padi dan Beras Terus Menurun, Pemprov Jateng Akselerasi LTT Padi

Jateng termasuk di antara tiga provinsi yang menjadi tumpuan pangan nasional.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Karta Raharja Ucu
Petani melepas jaring hama burung di tanaman padi siap panen di Desa Hadipolo, Kudus, Jawa Tengah.
Foto: ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho
Petani melepas jaring hama burung di tanaman padi siap panen di Desa Hadipolo, Kudus, Jawa Tengah.

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah (Jateng) berkomitmen merealisasikan capaian luas tambah tanam (LTT) padi di wilayahnya. Angka produksi padi dan beras di Jateng mengalami tren penurunan setidaknya dalam tiga tahun terakhir.

Pj Gubernur Jateng Nana Sudjana mengatakan, pada September lalu, LTT di Jateng mencapai 65.140 hektare. "Di bulan Oktober ini kita sanggup mencapai 105.000-110.000 hektare. Jadi kita upayakan untuk terus mendekati target yang ditentukan oleh Kementerian Pertanian,” kata Nana usai menghadiri Rapat Koordinasi Wilayah se-Jateng untuk Pengamanan Produksi dan Percepatan Pertanaman Padi di kantor Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah (BPSDMD) Jateng, Semarang, Senin (14/10/2024).

Menurut Nana, akselerasi LTT padi memang harus dilakukan. Hal itu mengingat Jateng termasuk di antara tiga provinsi yang menjadi tumpuan pangan nasional. Dua provinsi lainnya adalah Jawa Barat dan Jawa Timur.

Karena itu Nana meminta para kepala dinas di tingkat kabupaten dan kota di Jateng agar lebih optimal dalam merealisasikan LTT. “Selama ini Jawa Tengah dianggap sudah mampu untuk terus meningkatkan kualitas maupun kuantitas padi. Tetapi masih ada yang akan kita tingkatkan, khususnya dengan perluasan tanam padi,” ucapnya.

Nana menambahkan, upaya peningkatan produksi pertanian Jateng terbantu dengan adanya bantuan pompanisasi dari pemerintah pusat. Sejaun ini, sebanyak 5.134 unit pompa sudah didistribusikan ke 35 kabupaten/ kota di Jateng. Penggunaan bantuan pompa sudah mencapai 93 persen.

Produksi Padi Alami Tren Penurunan

Hasil produksi padi dan beras di Jawa Tengah (Jateng) konsisten mengalami penurunan setidaknya selama tiga tahun terakhir, yakni antara 2021-2023. Jateng diketahui merupakan salah satu provinsi penyumbang produksi padi terbesar nasional.

Mengutip data yang diunggah Badan Pusat Statistik (BPS) Jateng di situs webnya, angka produksi padi di Jateng pada 2021, 2022, dan 2023 secara berturut-turut adalah 9.618.657 ton, 9.579.069 ton, dan 9.061.715 ton. Sementara angka produksi beras di Jateng dengan rentang periode yang sama yakni 5.531.297 ton (2021), 5.508.531 ton (2022), dan 5.211.022 ton (2023). Data tersebut diperbarui pada 2 Mei 2024.

Menurut data BPS Jateng, tren penurunan angka produksi padi dan beras di Jateng sudah terjadi sejak 2018. Pada 2018, produksi padi di Jateng mencapai 10,49 juta ton, pada 2019 (9,65 juta ton), dan 2020 (9,48 juta ton). Pada periode yang sama, produksi beras di provinsi tersebut juga mengalami penurunan, yakni 2018 (6 juta ton), 2019 (5,52 juta ton), dan 2020 (5,45 juta ton).

Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Jateng Supriyanto mengonfirmasi tren penurunan produksi padi dan beras di Jateng. Menurutnya, tren penurunan tersebut bahkan terjadi di skala nasional.

"Kami mengalami penurunan juga. Di Jawa Tengah juga mengalami juga," ujarnya ketika dihubungi Republika, Senin (14/10/2024).

Dia mengungkapkan, khusus 2023, penurunan produksi padi terjadi karena fenomena El Nino. "2023 terutamanya, kemarin kan pengaruh El Nino. El Nino kan berkepanjangan," kata Supriyanto.

Dia menambahkan, selain El Nino, ada beberapa faktor lain yang menyebabkan produksi padi turun. Satu di antaranya adalah kejenuhan lahan. "Produktivitas lahan, tanahnya yang sudah terlalu lama dan masih menggunakan pupuk kimia. Akhirnya menurunkan daya dukung lahan terhadap produksi," ucapnya.

Faktor lainnya alih fungsi lahan dari pertanian ke non-pertanian. "Di Jawa Tengah sekitar 1,7 persen rata-rata per tahunnya. Maka impitannya luar biasa," kata Supriyanto.

Dia menjelaskan, untuk tahun ini, jumlah produksi padi di Jateng hingga November mendatang diprediksi mencapai 8,49 juta ton gabah kering giling (GKG). Jumlah itu turun jika dibandingkan periode sama tahun lalu yang mencapai 8,83 juta ton GKG. "Jadi ada penurunan 347 ribu ton," ucap Supriyanto.

Dari 8,49 juta ton GKG tersebut, Jateng bisa memproduksi 4,88 juta ton beras. Supriyanto mengungkapkan, hingga November mendatang, Jateng diprediksi masih akan surplus lebih dari 1 juta ton beras.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement