Kamis 24 Oct 2024 13:41 WIB

Ratusan Desa di Bojonegoro Kekeringan Ekstrem, Sumur Warga Kering Kerontang

Masyarakat pun diimbau untuk memanfaatkan air bersih sesuai kebutuhan.

Kekeringan (ilustrasi). Ratusan desa di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, mengalami kekeringan ekstrem sejak periode September hingga menjelang akhir Oktober 2024.
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang/ca
Kekeringan (ilustrasi). Ratusan desa di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, mengalami kekeringan ekstrem sejak periode September hingga menjelang akhir Oktober 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, BOJONEGORO -- Pada periode September hingga menjelang akhir Oktober 2024, 164 desa di Kabupaten Bojonegoro dan sekitarnya mengalami kekeringan esktrem. Bahkan, sumur-sumur warga kering kerontang belum terisi air meski dalam beberapa hari terakhir turun hujan.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bojonegoro menyatakan 57 desa yang tersebar di 19 kecamatan di wilayah tersebut masih mengalami kekeringan. Masyarakat pun diimbau untuk memanfaatkan air bersih sesuai kebutuhan.

"Masih ada 57 desa pada 19 kecamatan di Bojonegoro mengalami kekeringan, memanfaatkan air bersih sesuai kebutuhan primer," kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Bojonegoro, Laela Noer Aeny di Bojonegoro, Jawa Timur, Rabu (23/10/2024).

Sementara pada September tercatat 107 desa mengalami kekeringan ekstrem, seperti di Kecamatan Sumberejo, Kepohbaru, Kedungadem dan daerah selatan Bojonegoro yang lain. Namun sementara ini tidak ada lagi desa yang mengalami kekeringan ekstrim.

Ani menyebutkan 57 desa yang mengalami kekeringan tersebut tersebar di Kecamatan Ngasem sebanyak sembilan desa, Malo dua desa, Kepohbaru empat desa, Trucuk satu desa, Tambakrejo empat  desa, Kasiman satu desa, Sugihwaras enam desa dan Kecamatan Kapas satu desa.

Selain itu, di Kecamatan Bubulan satu desa, Kedewan tiga desa, Ngambon empat desa, Sukosewu empat desa, Purwosari tiga desa, Ngraho satu desa, Kedungadem dua desa, Temayang satu desa, Kanor dua desa, Sumberejo tujuh desa dan Kecamatan Balen satu desa.

"Setidaknya distribusi air bersih yang sudah dilakukan sekitar 1.800 tangki sejak Juni untuk daerah yang membutuhkan air bersih," jelas Ani.

Ia menambahkan, beberapa hari lalu di sejumlah wilayah sempat diguyur hujan, namun sumur warga masih belum terisi air dan belum bisa dimanfaatkan masyarakat. Pemanfaatan air bersih diutamakan kebutuhan rumah tangga, dibandingkan untuk lahan pertanian.

"Hujan disertai angin kencang dan petir juga perlu diwaspadai masyarakat Bojonegoro, karena tercatat sembilan kecamatan terdampak bencana angin kencang selama dua hari kemarin," katanya. 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement