Sabtu 16 Nov 2024 15:02 WIB

Ribuan Yahudi Ortodoks Diperintahkan Wajib Militer, Netanyahu Dituding Ajak Perang Saudara

Israel Katz mengeluakan 7.000 surat perintah wajib militer bagi warga ultra-ortodoks.

Polisi membubarkan Yahudi Ultra-Ortodoks yang memblokir jalan raya selama protes terhadap perekrutan militer di Bnei Brak, dekat Tel Aviv, Israel, Selasa, 16 Juli 2024.
Foto: AP Photo/Ohad Zwigenberg
Polisi membubarkan Yahudi Ultra-Ortodoks yang memblokir jalan raya selama protes terhadap perekrutan militer di Bnei Brak, dekat Tel Aviv, Israel, Selasa, 16 Juli 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, TELAVIV -- Menteri Keamanan Israel Israel Katz menyetujui penerbitan 7.000 surat perintah wajib militer bagi warga Israel ultra-Ortodoks, yang akan dimulai pada pekan depan. Perintah tersebut menuai kritik tajam dari partai ultra-Ortodoks United Torah Judaism (UTJ), yang merupakan mitra koalisi utama, demikian dilaporkan The Times of Israel pada Jumat (15/11/2024).

Keputusan yang pada awalnya dibuat oleh mantan Menteri Keamanan Yoav Gallant sebelum dipecat Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, dipertahankan oleh Katz meski ada suara agar surat tersebut dibatalkan. Militer penjajah Israel mengonfirmasi, seribu perintah pertama akan dikeluarkan pada Ahad, sementara sisanya akan didistribusikan dalam beberapa bulan mendatang.

Baca Juga

Katz menyatakan, kementeriannya bertujuan untuk melakukan “dialog mendalam” dengan semua pemangku kepentingan untuk mendorong integrasi para rekrutan ultra-Ortodoks ke dalam militer dengan tetap menghormati praktik-praktik keagamaan mereka. Dia juga berjanji untuk menciptakan “lingkungan yang mendukung” untuk layanan mereka.

Komunitas ultra-Ortodoks telah lama menolak wajib militer, dan sebagai gantinya mengadvokasi pengecualian militer untuk siswa yeshiva. Pengecualian ini, yang berlaku selama beberapa dekade, diputuskan ilegal oleh Pengadilan Tinggi pada Juni lalu sehingga mendorong seruan dari UTJ dan partai-partai Shas untuk membuat undang-undang yang memformalkan pengaturan tersebut.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement