Jumat 29 Nov 2024 17:48 WIB

Kisah Azan Terakhir Bilal Bin Rabah

Suara azan Bilal sangat mengharukan karena mengingatkan umat pada Rasulullah SAW.

azan (ilustrasi).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
azan (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Haji Wada' (harfiah: perpisahan) merupakan ibadah haji terakhir yang dilaksanakan Rasulullah Muhammad SAW. Sebab, beberapa waktu kemudian, kondisi fisik beliau mulai memburuk. Sakit Nabi SAW kian parah. Akhirnya, beliau menghembuskan nafas terakhirnya.

Seluruh kaum Muslimin amat berduka cita. Bahkan, Umar bin Khattab sempat mengingkari kepergian Rasulullah SAW untuk selamanya. Hingga Abu Bakar tiiba menenangkannya dan menjelaskan, Rasul-Nya pun akan merasakan maut--sebagaimana diisyaratkan di dalam Alquran.

Baca Juga

Saat jasad Rasulullah SAW menjelang dimakamkan, Bilal bin Rabah berdiri untuk mengumandangkan azan. Tiba di lafazh asyhadu anna Muhammad rasuulullah ('Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah'), suaranya terbata-bata.

Kesedihan menguasai dirinya. Segenap kaum Muslim pun menangis. Mereka menyadari, sosok mulia yang teramat dicintai itu telah meninggal dunia.

Sebuah riwayat menyebutkan, Bilal bin Rabah semenjak wafatnya Rasulullah SAW hanya dapat melakukan azan tiga hari. Sebab, setiap sampai pada lafazh “Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah”, ia selalu tersungkur dan menangis.

Siapapun Muslim yang mendengarkannya, juga akan turut terbawa suasana duka. Terkenang lagi bagaimana ketika Rasulullah SAW masih hidup di tengah kaum Muslimin.

Sedemikian sedihnya Bilal akan kehilangan Rasulullah, sampai-sampai dia sempat meminta izin kepada khalifah agar boleh pergi dari Madinah. Sebab, kenangan-kenangan akan tetap menghantuinya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement