Selasa 03 Dec 2024 15:12 WIB

Sayonara Era Gen Alpha! 2025 Generasi Beta Mulai Lahir, Ini Karakteristiknya

Generasi Beta mengacu pada anak-anak yang lahir antara tahun 2025 dan 2039.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Orang-orang beda generasi (ilustrasi). Era kelahiran gen Alpha berakhir pada 2024. Pada 2025, kita akan memulai era baru dengan dimulainya generasi beta.
Foto: Dok. Freepik
Orang-orang beda generasi (ilustrasi). Era kelahiran gen Alpha berakhir pada 2024. Pada 2025, kita akan memulai era baru dengan dimulainya generasi beta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tinggal menghitung hari, tahun 2024 akan berakhir. Bersamaan dengan itu, kita akan menutup era generasi Alpha yang lahir dari tahun 2010 hingga 2024. Lalu pada 2025, era baru akan tercipta dengan dimulainya Generasi Beta.

Generasi Beta mengacu pada anak-anak yang lahir antara tahun 2025 dan 2039, di mana mereka akan menjadi generasi pertama yang seutuhnya hidup di abad ke-21. Menurut perkiraan PBB, masa-masa pertumbuhan generasi Beta akan sangat dipengaruhi oleh kemajuan teknologi terutama kecerdasan buatan (AI) dan otomatisasi. Generasi Beta juga mungkin akan berinteraksi dengan simulasi diri mereka sendiri yang dibuat oleh AI di media sosial atau menggunakan respons otomatis dalam interaksi online.

Baca Juga

Dengan teknologi yang tertanam kuat dalam masa tumbuh-kembang mereka, PBB memprediksi, Generasi Beta akan memiliki dorongan kuat untuk belajar dan meningkatkan keterampilan mereka agar tetap relevan di pasar kerja yang berkembang pesat. Namun, hanya waktu yang dapat menjelaskan bagaimana pengalaman unik ini akan membentuk nilai, perspektif, dan dampak sosial mereka.

Lantas bagaimana karakteristik Generasi Beta?

Generasi Beta akan tumbuh dewasa di dunia yang sangat terkait dengan AI dan teknologi. Hal ini akan membentuk karakteristik unik dari Generasi Beta dalam berbagai hal, berikut rinciannya seperti dilansir dari laman United Nations International School, Selasa (3/12/2024):

1. Batas antara kerja dan kehidupan yang kabur

Otomatisasi AI dapat mengganggu jalur karier tradisional, yang mengarah pada pekerjaan berbasis proyek yang fleksibel. Hal ini dapat menciptakan budaya kerja yang selalu aktif, menuntut adaptasi dan berpotensi memengaruhi keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.

2. Kreativitas tanpa batas

Generasi Beta akan terbiasa dengan konten yang dihasilkan AI. Mereka akan berpikir kreatif dengan menggunakan alat bantu AI untuk mendesain, bercerita, dan memecahkan masalah. Contohnya, alat edukasi yang dipersonalisasi dapat beradaptasi dengan gaya belajar individu atau tutor bertenaga AI yang menciptakan pengalaman menarik.

3. Pembelajaran tanpa batasan fisik

Diperkirakan 80 persen Generasi Beta terlibat dalam pembelajaran online, di mana AI akan mempersonalisasi pendidikan. Bayangkan simulasi interaktif, tutor bertenaga AI yang dapat menyesuaikan tingkat kesulitan, dan akses instan ke informasi di luar buku pelajaran. Namun, kekhawatiran tentang gangguan dan keamanan online perlu dipertimbangkan dengan cermat.

4. Cakap dalam menggunakan gawai, tapi rentan stres

Penggunaan smartphone yang intensif akan membentuk komunikasi dan konsumsi informasi Generasi Beta. Meskipun aplikasi yang didukung AI dapat menawarkan kenyamanan dan pengetahuan, kekhawatiran seputar perbandingan media sosial dan informasi yang berlebihan mungkin lazim terjadi.

5. Peduli pada isu sosial

Menyaksikan dampak teknologi terhadap masyarakat dapat membuat Generasi Beta menuntut perilaku perusahaan yang bertanggung jawab. Mereka mungkin akan memilih perusahaan yang berdedikasi pada keberlanjutan, praktik data yang etis, dan dampak sosial yang positif.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement