REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Ahli Maya Pusat Riset Ekonomi Perilaku dan Sirkular BRIN Indra Al Irsyad memandang program subsidi kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV) perlu difokuskan pada transportasi umum. Hal itu bertujuan agar lebih berdampak positif bagi lingkungan.
“Skema, kalau menurut saya tambahannya adalah memfokuskan pada kendaraan publik seperti bus dan sebagainya. Jadi mengurangi kendaraan pribadi, mengurangi kemacetan, dan sebagainya, tapi kita berikan subsidi atau insentifnya itu ke bus, bus jarak jauh, truk, dan sebagainya,” kata Indra dalam diskusi BRIN yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis (5/12/2024).
Ia mengatakan saat ini umumnya harga bus listrik dan kendaraan besar lainnya seperti truk listrik masih lebih mahal dibandingkan kendaraan besar konvensional. Penyebabnya utamanya, kata dia, berkaitan dengan harga beli yang masih tinggi, yang akan berimbas kepada peningkatan loan payment.
Apabila jumlah bus listrik lebih banyak, lanjut dia, diharapkan hal ini akan menciptakan skala keekonomian yang baru di Indonesia. Dari simulasi yang dilakukan peneliti, mahalnya biaya tersebut akan berkurang jika tingkat mobilitas kendaraan listrik semakin tinggi.
“Dan bus listrik ini akan membuka sebuah peluang yang baru. Di Singapura kami dengar sudah mulai dikembangkan autonomous-nya. Dan ini biaya (cost) untuk supir ini jadi bisa dikurangi, gaji untuk driver. Maka secara total cost akan semakin berkurang,” kata Indra.