Kamis 05 Dec 2024 18:40 WIB

Peneliti Sebut Program Subsidi Mobil Listrik Perlu Difokuskan untuk Transportasi Umum

Insentif kendaraan listrik diberikan ke bus untuk transportasi umum.

Penumpang menaiki Bus Listrik Transjakarta di Terminal Blok M, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (22/11/2023). Pengamat nilai kendaraan listrik perlu fokus ke transportasi umum.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Penumpang menaiki Bus Listrik Transjakarta di Terminal Blok M, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (22/11/2023). Pengamat nilai kendaraan listrik perlu fokus ke transportasi umum.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Ahli Maya Pusat Riset Ekonomi Perilaku dan Sirkular BRIN Indra Al Irsyad memandang program subsidi kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV) perlu difokuskan pada transportasi umum. Hal itu bertujuan agar lebih berdampak positif bagi lingkungan.

“Skema, kalau menurut saya tambahannya adalah memfokuskan pada kendaraan publik seperti bus dan sebagainya. Jadi mengurangi kendaraan pribadi, mengurangi kemacetan, dan sebagainya, tapi kita berikan subsidi atau insentifnya itu ke bus, bus jarak jauh, truk, dan sebagainya,” kata Indra dalam diskusi BRIN yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis (5/12/2024).

Baca Juga

Ia mengatakan saat ini umumnya harga bus listrik dan kendaraan besar lainnya seperti truk listrik masih lebih mahal dibandingkan kendaraan besar konvensional. Penyebabnya utamanya, kata dia, berkaitan dengan harga beli yang masih tinggi, yang akan berimbas kepada peningkatan loan payment.

Apabila jumlah bus listrik lebih banyak, lanjut dia, diharapkan hal ini akan menciptakan skala keekonomian yang baru di Indonesia. Dari simulasi yang dilakukan peneliti, mahalnya biaya tersebut akan berkurang jika tingkat mobilitas kendaraan listrik semakin tinggi.

“Dan bus listrik ini akan membuka sebuah peluang yang baru. Di Singapura kami dengar sudah mulai dikembangkan autonomous-nya. Dan ini biaya (cost) untuk supir ini jadi bisa dikurangi, gaji untuk driver. Maka secara total cost akan semakin berkurang,” kata Indra.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْ حَاۤجَّ اِبْرٰهٖمَ فِيْ رَبِّهٖٓ اَنْ اٰتٰىهُ اللّٰهُ الْمُلْكَ ۘ اِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّيَ الَّذِيْ يُحْيٖ وَيُمِيْتُۙ قَالَ اَنَا۠ اُحْيٖ وَاُمِيْتُ ۗ قَالَ اِبْرٰهٖمُ فَاِنَّ اللّٰهَ يَأْتِيْ بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِيْ كَفَرَ ۗوَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَۚ
Tidakkah kamu memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim mengenai Tuhannya, karena Allah telah memberinya kerajaan (kekuasaan). Ketika Ibrahim berkata, “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,” dia berkata, “Aku pun dapat menghidupkan dan mematikan.” Ibrahim berkata, “Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat.” Maka bingunglah orang yang kafir itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim.

(QS. Al-Baqarah ayat 258)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement