Unsplash/ Annie Spratt" />

ShippingCargo.co.id, Jakarta— Pelayaran Trans-Arktik baru saja capai tonggak sejarah pada 2024. Pasalnya, rute yang melewati Kutub Utara ini mencatat lebih dari 100 transit kapal, membawa total 3 juta ton kargo melintasi wilayah yang sebelumnya sulit diakses. Pertumbuhan ini mencerminkan pergeseran strategis dalam perdagangan global, meskipun tantangan lingkungan tetap menjadi perhatian utama.

Peningkatan signifikan dalam pelayaran di Arktik, khususnya melalui Rute Laut Utara (NSR), didorong oleh proyek energi besar seperti Yamal LNG dan Vostok Oil milik Rusia. Tahun ini, menurut gCaptain, aktivitas pengangkutan menunjukkan lonjakan 13 kali lipat dibandingkan dekade sebelumnya.

Kenaikan ini jadi cermin permintaan yang meningkat untuk jalur perdagangan yang lebih singkat antara Asia dan Eropa. Perkembangan ini juga melibatkan teknologi kapal pemecah es modern, seperti kapal dari Tiongkok menggunakan layanan reguler untuk menghubungkan Asia Timur dan St. Petersburg.

Namun, lonjakan aktivitas ini menimbulkan kekhawatiran tentang dampaknya terhadap lingkungan yang rapuh di wilayah kutub. Operator besar dari Barat, termasuk MSC dan CMA CGM, telah menghindari penggunaan rute ini karena alasan lingkungan, meskipun prospek efisiensi bahan bakar dan pengurangan waktu pengiriman menjadikannya menarik bagi banyak pihak lainnya.

Dengan meningkatnya jumlah kapal dan tonase kargo di wilayah Arktik, tantangan besar tetap ada, termasuk risiko kerusakan lingkungan dan kebutuhan akan kolaborasi internasional untuk mengatur lalu lintas. Proyeksi menunjukkan bahwa aktivitas di Rute Laut Utara dapat meningkat hingga empat kali lipat pada 2030, menjadikan wilayah ini sebagai pusat strategis perdagangan global.

Ikuti Whatsapp Channel Republika