REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Perkebunan Nusantara III (Persero) merilis NUSAKlon 1 dan NUSAKlon 2, varietas kultur jaringan kelapa sawit yang memiliki potensi produktivitas crude palm oil (CPO) sangat tinggi mencapai 12 ton per hektare per tahun. Potensi produktivitas varietas baru itu 30 hingga 40 persen lebih tinggi dibanting rata-rata varietas yang beredar saat ini berkisar 7-8 ton per hektare per tahun.
Kedua varietas baru itu merupakan hasil penelitian dan pengembangan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) sebagai unit kerja Riset Perkebunan Nusantara (RPN) bekerja sama dengan PTPN IV PalmCo. Direktur Utama PTPN III (Persero), Mohammad Abdul Ghani, meluncurkan langsung varietas kultur jaringan tersebut di Kabupaten Siak, Riau, belum lama ini.
Menurut Abdul Ghani NUSAKlon menjadi jawaban terhadap program pemerintah dalam mewujudkan food and energy security. "Produktivitasnya jauh lebih tinggi. Terus berbuahnya juga jauh lebih cepat," kata dia di Jakarta.
"Buahnya pun memiliki daging tebal dan potensi rendemen tinggi sehingga potensi produktivitas CPO-nya bisa sampai 12 ton. Ini akan menjadi salah satu solusi untuk Indonesia di masa mendatang dalam mewujudkan ketahanan energi dan pangan," kata dia lagi menambahkan.
Hal senada disampaikan oleh Wakil Menteri BUMN, Aminuddin Ma’ruf, yang menyaksikan peluncuran Nusaklon 1 dan Nusaklon 2. Ia menyatakan keberadaan varietas ini akan memperkuat posisi Indonesia sebagai produsen utama CPO global.
Selain mampu menghasilkan produktivitas CPO yang tinggi, NUSAKlon turut memiliki ragam keunggulan lainnya. Mulai dari pertumbuhan vegetatif yang seragam, persentase potensi rendemen yang tinggi, hingga kualitas kandungan minyak, baik oleat, karoten, vitamin dan skualena yang lebih baik.
"Semoga NUSAKlon mampu meningkatkan produktivitas CPO Indonesia sehingga program pemerintah dalam kemandirian pangan ini dapat kita wujudkan bersamasama dalam tempo singkat," kata Aminuddin.
Sementara, Direktur Utama PTPN IV PalmCo, Jatmiko Santosa, menjelaskan NUSAKlon mulai dikembangkan pada 2009 di Lab Kultur Jaringan PPKS Marihat. Adapun pengujian lapangan dilakukan sejak 2016 di Kebun Benih Kelapa Sawit Adolina yang dikelola oleh PTPN IV melalui Kerja Sama Operasi (KSO) dengan PPKS.
Hasil penelitian dan pengembangan yang berlangsung secara berkelanjutan selama 18 tahun itu pun berhasil mendapatkan varietas yang akan mengubah wajah perkebunan sawit Indonesia di masa mendatang. Jatmiko mengapresiasi kerja keras para peneliti dan pemulia tanaman yang tanpa henti berkolaborasi dan bersinergi
hingga mengahasilkan varietas kultur unggul kultur jaringan tersebut.
Ke depan, ia mengatakan varietas itu akan menjadi bagian dari program unggulan PTPN IV PalmCo dalam memperkuat produktivitas sawit petani melalui peremajaan sawit rakyat (PSR). Program itu merupakan kebijakan perusahaan dalam mengakselerasi peremajaan sawit renta milik petani dan meningkatkan produktivitas para petani melalui pola kemitraan.
"Varietas ini bahkan punya pelepah yang lebih pendek, sehingga potensi untuk jumlah tanam per hectare tentu juga meningkat. Insha Allah, dengan NUSAKlon, program B100 atau Biodiesel berbahan nabati minyak sawit bukan lagi mimpi," tutur Jatmiko.