Rabu 08 Jan 2025 19:13 WIB

Ekonom Optimistis Ekonomi Kuartal I-2025 Tetap Tumbuh 5 Persen

Faktor pendorong utama pertumbuhan ekonomi kuartal I adalah Ramadhan.

Ekonom Lembaga Penelitian Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) FEB UI Teuku Riefky optimistis pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2025 masih bertahan di level 5 persen. (ilustrasi)
Foto: pixabay
Ekonom Lembaga Penelitian Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) FEB UI Teuku Riefky optimistis pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2025 masih bertahan di level 5 persen. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom Lembaga Penelitian Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) FEB UI Teuku Riefky optimistis pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2025 masih bertahan di level 5 persen.

“Untuk kuartal I, kami belum ada estimasi yang lebih detail, tapi dugaan kami masih mencapai 5 persen,” kata Riefky, di Jakarta, Rabu (8/1/2025).

Baca Juga

Menurutnya, faktor pendorong utama pertumbuhan ekonomi kuartal I adalah Ramadhan serta sejumlah libur panjang yang akan mendorong tingkat konsumsi dan aktivitas ekonomi masyarakat.

Sementara itu, terkait kebijakan tarif pajak pertambahan nilai (PPN) yang sebelumnya dikhawatirkan bakal melemahkan ekonomi, Riefky berpendapat pengaruhnya terhadap kuartal I tidak akan signifikan.

Hal itu mengingat tarif PPN 12 persen pada akhirnya hanya diterapkan terhadap barang mewah. “PPN saya rasa tidak terlalu mempengaruhi (pertumbuhan ekonomi), karena cakupan PPN sangat kecil, hanya barang mewah saja,” ujarnya pula.

Tahun lalu, pertumbuhan ekonomi kuartal I tercatat sebesar 5,11 persen (year-on-year/yoy), kuartal II mencapai 5,05 persen, dan kuartal III 4,95 persen.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan ketidakpastian global, termasuk gejolak geopolitik dan pasar keuangan dunia, menjadi faktor utama perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Ketegangan di Timur Tengah, perlambatan ekonomi China, dan penurunan harga komoditas andalan Indonesia turut mempengaruhi kinerja ekonomi nasional.

Selain itu, dirinya mencatat dampak dari kemenangan Donald Trump dalam Pemilihan Presiden Amerika Serikat. Kebijakan yang bakal diambil Trump, seperti penetapan tarif dan pendekatan ekonomi nasionalistik kian memperburuk tekanan ekonomi global.

Sedangkan untuk kuartal IV, Menkeu memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di kisaran 5 persen.

Dalam kesempatan terpisah, Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Febrio Kacaribu menyebut kembalinya kinerja manufaktur ke zona ekspansif bakal berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi 2024, di mana target 5 persen diyakini bakal tercapai. Purchasing Managers' Index (PMI) Indonesia meningkat dari 49,6 pada November menjadi 51,2 pada Desember 2024. Angka ini merupakan level tertinggi sejak Mei 2024.

Perbaikan manufaktur Indonesia didorong oleh kenaikan produksi dan permintaan baru, baik dari pasar domestik maupun internasional, yang meningkat menjelang Hari Raya Natal 2024 dan perayaan Tahun Baru 2025.

Indeks Penjualan Ritel (IPR) mencatat kenaikan 1,7 persen (yoy) secara tahunan pada November 2024 (Oktober: 1,5 persen) dan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Bank Indonesia pada November 2024 naik signifikan ke level 125,9 (Oktober: 121,1).

Menurut Febrio, perkembangan indikator tersebut mencerminkan daya beli yang terus meningkat dan optimisme masyarakat terhadap kondisi ekonomi yang lebih baik di tengah perkembangan inflasi yang terkendali. Pemerintah, kata Febrio, melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) berkomitmen menjaga momentum ini dengan menciptakan kondisi yang kondusif, melindungi daya beli masyarakat, dan tetap menjaga level inflasi.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement