Rabu 15 Jan 2025 17:00 WIB

Sempat Dikira Gila, Ini Alasan Umar Tiba-Tiba Menangis dan Tertawa

Umar bin Khattab mengenang perbuatannya dahulu ketika belum berislam.

Ilustrasi Sahabat Nabi, Umar bin Khattab.
Foto: Republika
Ilustrasi Sahabat Nabi, Umar bin Khattab.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam perjalanan hidupnya, Khalifah Umar bin Khattab pernah membunuh anak perempuannya. Ini merupakan kebodohan yang pernah dilakukan Umar sebelum datangnya Islam.

Ini juga yang menjadi penyesalan seumur hidup khalifah Umar. Hal ini tak jarang membuatnya meneteskan air mata.

Baca Juga

Salman Iskandar dalam bukunya, 11 Kisah Islami Pilihan, menceritakan bagaimana khalifah Umar bahkan sempat dikira telah menjadi gila lantaran tiba-tiba menangis dan terkadang tertawa.

Kaum Muslim Madinah heboh. Mereka membicarakan pemimpinnya yang dianggap hilang ingatan.

Memang betul, Khalifah Umar bin Khattab dianggap gila. Banyak yang melihatnya dengan mata kepala sendiri. Barangkali kegilaannya karena pada masa mudanya, Umar bergelimang dengan dosa, seperti merampok, menenggak khamar, dan suka mengamuk kalau sedang mabuk.

Rakyat Madinah sering melihat Umar menangis sendirian sesudah selesai sholat. Lalu, tiba-tiba Umar tertawa terbahak-bahak sendirian.

Abdurrahman bin Auf, sebagai salah seorang sahabat Umar yang paling akrab merasa tersinggung dan sangat murung mendengar tuduhan itu.

Lebih mengejutkan lagi, saat Umar berkhutbah Jumat di Masjid Nabawi, sekonyong-konyong Umar berseru keras sambil matanya menatap tajam ke kejauhan, "Hai sariyah, hai tentaraku! Bukit itu, bukit itu, bukit itu!"

"Wah, khalifah kita benar-benar sudah gila!" gumam rakyat Madinah yang menjadi makmum.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

"Wahai Amirul Mukminin, mengapa engkau berseru di sela-sela khutbah sambil menatap ke kejauhan?" tanya Abdurrahman.

"Begini, Sahabatku. Beberapa pekan yang lalu, aku mengirimkan sariyah, pasukan tentara yang tidak kupimpin langsung, untuk memerangi para pemberontak. Ketika sedang berkhutbah, tiba-tiba aku melihat pasukan itu dikepung oleh musuh dari segala penjuru. Kulihat pula satu-satunya benteng untuk mempertahankan diri adalah sebuah bukit di belakang mereka. Maka, aku berseru, 'bukit itu, bukit itu, bukit itu!'" jelas Umar.

"Lantas, mengapa engkau juga suka menangis, lalu tertawa sendirian selesai melaksanakan sholat?” tanya Abdurrahman.

"Aku menangis kalau teringat kebiadabanku sebelum masuk Islam. Aku pernah mengubur anak perempuanku hidup-hidup. Aku pun tertawa jika teringat akan kebodohanku. Kubuat patung dari tepung gandum dan kusembah-sembah seperti tuhan. Lalu, jika lapar, aku makan tuhanku itu," jawab Umar.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement