Jumat 31 Jan 2025 07:08 WIB

Alibaba Rilis AI Qwen 2.5-Max, Diklaim Mampu Ungguli DeepSeek

DeepSeek mengejutkan Silicon Valley dan menyebabkan saham-saham teknologi anjlok.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Logo Alibaba. Alibaba merilis versi baru dari model kecerdasan buatan Qwen 2.5 yang diklaim melampaui DeepSeek-V3.
Foto: AP Photo/Mark Schiefelbein
Logo Alibaba. Alibaba merilis versi baru dari model kecerdasan buatan Qwen 2.5 yang diklaim melampaui DeepSeek-V3.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan teknologi asal China, Alibaba, pada Rabu (29/1/2025) merilis versi baru dari model kecerdasan buatan Qwen 2.5 yang diklaim melampaui DeepSeek-V3. Model AI baru dari Alibaba ini disebut sebagai Qwen 2.5-Max.

Yang menarik, perilisan ini dilakukan pada hari pertama Tahun Baru Imlek, ketika sebagian besar orang China libur dan berkumpul bersama keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa tekanan yang ditimbulkan DeepSeek tidak hanya terjadi di luar negeri, namun juga domestik.

Baca Juga

"Qwen 2.5-Max mengungguli hampir secara keseluruhan GPT-4o, DeepSeek-V3, dan Llama-3.1-405B," kata unit cloud Alibaba dalam sebuah pengumuman yang diposting di akun WeChat resminya, seperti dilansir Reuters, Jumat (31/1/2025).

Perilisan asisten AI DeepSeek pada 10 Januari, yang didukung oleh model DeepSeek-V3, serta perilisan model R1 pada 20 Januari, telah mengejutkan Silicon Valley dan menyebabkan saham-saham teknologi anjlok. Biaya pengembangan dan penggunaan yang rendah dari startup China ini membuat investor mempertanyakan rencana pengeluaran besar-besaran oleh perusahaan AI terkemuka di Amerika Serikat.

Kesuksesan DeepSeek juga telah memicu para pesaingnya di dalam negeri berlomba-lomba untuk meningkatkan model AI mereka sendiri. Dua hari setelah peluncuran DeepSeek-R1, pemilik TikTok, ByteDance, merilis pembaruan untuk model AI andalannya, yang diklaim mengungguli OpenAI o1 yang didukung Microsoft dalam AIME --sebuah tes benchmark yang mengukur seberapa baik model AI memahami dan merespons instruksi yang kompleks.

Hal ini sejalan dengan klaim DeepSeek bahwa model R1-nya menyaingi o1 milik OpenAI dalam beberapa tolok ukur kinerja.

Sementara itu, pendahulu model V3 DeepSeek, DeepSeek-V2, memicu perang harga model AI di Tiongkok setelah dirilis pada bulan Mei lalu. Fakta bahwa DeepSeek-V2 bersifat open-source dan sangat murah, hanya 1 yuan (0,14 dolar AS) per 1 juta token - atau unit data yang diproses oleh model AI - membuat unit cloud Alibaba mengumumkan potongan harga hingga 97 persen untuk berbagai model.

Perusahaan teknologi China lainnya mengikuti langkah ini, termasuk Baidu, yang merilis produk setara ChatGPT pertama di China pada Maret 2023, dan perusahaan internet paling berharga di negara tersebut, Tencent. Liang Wen Feng, pendiri DeepSeek yang misterius, mengatakan dalam sebuah wawancara langka dengan outlet media China, Waves, pada Juli bahwa perusahaan rintisan ini tidak peduli dengan perang harga dan bahwa mencapai AGI (kecerdasan umum buatan) adalah tujuan utama mereka. OpenAI mendefinisikan AGI sebagai sistem otonom yang melampaui manusia dalam tugas-tugas yang paling bernilai secara ekonomi.

Sementara perusahaan teknologi besar di China seperti Alibaba memiliki ratusan ribu karyawan, DeepSeek beroperasi seperti sebuah laboratorium penelitian, yang sebagian besar dikelola oleh para lulusan muda dan mahasiswa doktor dari universitas-universitas ternama di China. Liang mengatakan dalam wawancaranya pada bulan Juli bahwa ia percaya perusahaan teknologi terbesar di China mungkin tidak cocok untuk masa depan industri AI, kontras dengan biaya tinggi dan struktur top-down mereka dengan operasi yang ramping dan gaya manajemen yang longgar dari DeepSeek.

"Model dasar yang besar membutuhkan inovasi yang berkelanjutan, kemampuan raksasa teknologi memiliki batasnya," kata dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement