REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin (3/2/2025) anjlok 75,50 poin atau 1,06 persen ke posisi 7.033,70. Sementara itu, kelompok 45 saham unggulan atau Indeks LQ45 turun 11,46 poin atau 1,39 persen ke posisi 812,09.
Hingga pukul 10.16 WIB, kondisi IHSG menjadi semakin parah dengan anjlok mencapai 1,8 persen ke level 6981,25.
Dari dalam negeri, konsensus memprediksi bahwa inflasi IHK Indonesia periode Januari 2025 akan mengalami kenaikan menjadi 1,88 persen, yang merupakan yang tertinggi selama empat bulan terakhir. Selain itu, rilis data Penanaman Modal Asing (PMA) ke Indonesia tidak termasuk investasi di sektor keuangan dan minyak dan gas melonjak sebesar 33,3 persen year on year (yoy), atau ke rekor tertinggi baru sebesar Rp245,8 triliun (55,33 miliar dolar AS) pada kuartal IV- 2024, menyusul pertumbuhan 18,55 persen dalam periode tiga bulan sebelumnya.
Dari mancanegara, pemerintah China akan menentang pengenaan tarif Presiden Donald Trump ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dan mengambil tindakan balasan, yang belum ditentukan, sebagai tanggapan atas pengenaan tarif Amerika Serikat (AS).
Kanada memutuskan bahwa juga akan mengenakan tarif 25 persen pada barang-barang AS, mulai dari minuman hingga peralatan.
Perdana Menteri Kanada mengatakan pada konferensi pers menyebut akan mengenakan tarif pada barang-barang AS senilai 155 miliar dolar Kanada (atau setara 107 miliar dolar AS). Tarif sebesar 30 miliar dolar Kanada akan mulai berlaku pada Selasa (4/2/2025), di hari yang sama dengan pengenaan tarif Trump.
Sementara itu, pengenaan bea masuk atas sisa impor senilai125 miliar dolar Kanada, akan diberlakukan dalam 21 hari. Selain itu, pelaku pasar dalam pekan ini juga berfokus terhadap data ketenagakerjaan mendatang untuk mencari petunjuk tentang ketahanan ekonomi AS.
Apabila pasar tenaga kerja tetap solid, hal itu bisa memperkuat kekhawatiran inflasi yang sudah meningkat akibat kebijakan Presiden Donald Trump
Sementara itu, indeks-indeks utama AS Wall Street mengalami koreksi dari posisi All Time High-nya pada Jumat (31/1), salah satu penyebab pelemahan ini adalah pemberlakuan tarif umum sebesar 25 persen untuk Kanada dan Meksiko serta 10 persen untuk barang-barang dari China mulai Selasa (4/1).
Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup turun 337,47 poin (0,79 persen) ke level 44.544,88, sementara itu indeks S&P 500 melemah 0,51 persen menjadi 6.040,52, dan Nasdaq Composite turun 0,28 persen ke level 19.627,44.
Bursa saham regional Asia pagi ini antara lain, indeks Nikkei melemah 941,50 poin atau 2,38 persen ke level 38.630,99, indeks Shanghai melemah 2,03 poin atau 0,06 persen ke posisi 3.250,60, indeks Kuala Lumpur melemah 3,24 poin atau 0,21 persen ke posisi 1.553,68, dan indeks Straits Times menguat 26,01 poin atau 0,67 persen ke 3 829,81.