Rabu 05 Feb 2025 15:55 WIB

Reaksi Keras Arab Saudi, Hamas, dan Senator AS Tolak Rencana Trump Relokasi Warga Gaza

Rencana Trump relokasi warga Gaza dinilai berbahaya.

Warga Palestina berpelukan saat berjalan kaki pulang kembali menuju rumah mereka di Jalur Gaza Utara, Senin (27/1/2025). Ribuan warga Palestina untuk pertama kalinya kembali ke rumah mereka di wilayah Gaza Utara yang sebelumnya ditutup oleh Israel.
Foto: AP Photo/Abed Hajjar
Warga Palestina berpelukan saat berjalan kaki pulang kembali menuju rumah mereka di Jalur Gaza Utara, Senin (27/1/2025). Ribuan warga Palestina untuk pertama kalinya kembali ke rumah mereka di wilayah Gaza Utara yang sebelumnya ditutup oleh Israel.

REPUBLIKA.CO.ID, DOHA— Pengumuman mengejutkan dari Presiden Amerika Serikat Donald Trump bahwa Washington akan mengambil alih kendali atas Jalur Gaza, setelah memukimkan warga Palestina di tempat lain, telah memicu reaksi keras.

Dalam pernyataan barunya, Trump mengatakan bahwa dia berharap Amerika Serikat memiliki "kepemilikan jangka panjang" atas jalur tersebut.

Baca Juga

Rincian rencana Trump

Presiden Amerika Serikat menekankan bahwa negaranya akan menguasai Jalur Gaza, dan juga akan memiliki misi di sana, katanya.

"Kami akan meluncurkan rencana pembangunan ekonomi (di Jalur Gaza) yang bertujuan untuk menyediakan lapangan kerja dan perumahan dalam jumlah yang tidak terbatas bagi penduduk di daerah tersebut," katanya, dikutip dari Aljazeera, Rabu (5/2/2025).

"Gagasan untuk menguasai Jalur Gaza telah mendapat dukungan luas dan pujian dari berbagai tingkat kepemimpinan," katanya, seraya menambahkan bahwa Gaza adalah tempat yang penuh dengan reruntuhan yang berjatuhan dan bahwa warga Gaza dapat direlokasi ke tempat lain untuk hidup dengan tenang.

Dalam sebuah konferensi pers bersama dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Trump meramalkan bahwa Jalur Gaza yang merupakan rumah bagi lebih dari dua juta orang Palestina, akan berubah menjadi "Riviera Timur Tengah" setelah Amerika mengambil alih kendali atas jalur tersebut.

Ketika ditanya siapa yang akan tinggal di sana, Trump mengatakan bahwa Gaza dapat menjadi rumah bagi "orang-orang di dunia" dan memperkirakan bahwa Gaza akan menjadi "Riviera di Timur Tengah" setelah agresi Israel meratakan sebagian besar wilayahnya dengan tanah.

Reaksi utama

Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) menolak usulan Trump untuk memindahkan warga Palestina di Gaza, dengan mengatakan bahwa tujuan sebenarnya dari perang penjajah Zionis di Gaza adalah untuk mengusir warga Palestina dari Jalur Gaza.

Hamas mengatakan bahwa alih-alih meminta pertanggungjawaban penjajah Zionis atas kejahatan genosida dan pemindahan, penjajah Zionis justru diberi penghargaan dan bukannya dihukum.

Hamas menggambarkan pernyataan Amerika Serikat sebagai rasis dan mengatakan bahwa hal itu mencerminkan tidak adanya standar moral dan kemanusiaan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement