Kamis 20 Feb 2025 11:59 WIB

Dampak Penghentian Bantuan AS Jadi Sorotan di Munich Security Conference 2025

Amerika kelola 40 miliar dolar AS dana bantuan global

Munich Security Conference 2025
Foto: istimewa
Munich Security Conference 2025

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar industri pembangunan dan bantuan global serta Presiden dan Pemimpin Redaksi Devex, Raj Kumar, merasa amat prihatin terhadap keputusan terbaru pemerintah Amerika Serikat yang menghentikan bantuan luar negeri. Dalam wawancara eksklusif di Munich Security Conference 2025, Kumar menjelaskan dampak besar kebijakan tersebut terhadap dunia internasional.

“Cerita besar di Amerika Serikat saat ini adalah bahwa pemerintahan Trump ingin melakukan perubahan besar terhadap bantuan luar negeri AS. Salah satu langkah terbesar yang mereka ambil adalah menghentikan sementara, bahkan menghentikan semua bantuan,” ujar Kumar, Kamis (20/2/2025).

Ia menekankan, penghentian proyek dan program yang tengah berjalan di seluruh dunia itu telah menimbulkan gangguan besar. Menurut Kumar, bantuan internasional senilai 40 miliar dolar yang dikelola oleh AS adalah program bantuan terbesar di dunia, yang mencakup pendanaan untuk kesehatan global, bantuan kemanusiaan, dan program pembangunan ekonomi.

Dampak penghentian ini meluas ke seluruh dunia dan menimbulkan kekhawatiran di Gedung Kongres AS. “Kini ada hakim yang mencoba membalikkan atau menghentikan kebijakan tersebut,” ungkap Kumar.

Namun, ketidakpastian masih melingkupi masa depan program-program bantuan ini. Penghentian kerja yang dilakukan USAID (United States Agency for International Development) turut memperburuk situasi.

"Ada pengecualian untuk pekerjaan penyelamatan nyawa kemanusiaan, tetapi pada saat yang sama, pemerintahan Trump telah memecat banyak staf yang bekerja di USAID, termasuk pegawai negeri sipil dan kontraktor,” jelas Kumar.

Meski beberapa program penyelamatan nyawa mulai diizinkan untuk dilanjutkan, kendala utama adalah kurangnya staf untuk mengelola pembayaran dan pelaksanaan bantuan di lapangan. Kumar menyatakan, ini adalah masa penuh ketidakpastian yang berpotensi membahayakan situasi di berbagai daerah konflik dan kawasan yang rapuh di dunia.

“Hampir separuh dari seluruh bantuan kemanusiaan dunia berasal dari pemerintah AS. Ini memberikan gambaran jelas tentang skala bantuan yang terhenti saat ini,” tegas Kumar.

Ia juga mengungkapkan, bahkan di dalam pemerintahan Trump sendiri terdapat perdebatan besar tentang bentuk bantuan luar negeri AS di masa depan. Situasi ini membuat banyak negara yang bergantung pada bantuan AS berada dalam ketidakpastian.

Penutupan bantuan AS secara besar-besaran ini dapat menjadi titik balik bagi kebijakan global, terutama bagi negara-negara berkembang yang bergantung pada dukungan AS untuk berbagai proyek pembangunan, kesehatan, dan kemanusiaan. “Apa yang menggantung dalam keseimbangan adalah nasib beberapa konteks paling rapuh di dunia,” kata Kumar.

Hal itu ia sampaikan pada Munich Security Conference 2025, yang menjadi panggung penting bagi para pemimpin dunia dan pakar global untuk membahas isu-isu kritis seperti ini, dengan harapan menemukan solusi untuk krisis yang sedang berlangsung. Raj Kumar menegaskan, dialog dan kerjasama internasional sangat diperlukan untuk menghindari dampak lebih buruk terhadap jutaan orang di seluruh dunia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement