Jumat 21 Feb 2025 16:19 WIB

Kisah Pilu Jannat, Gadis 8 Tahun yang Dibutakan Tentara Israel

Peristiwa tersebut memupus impian gadis yang dulunya ceria.

Jannat Mtour
Foto: Dok Palestine Chronicle
Jannat Mtour

REPUBLIKA.CO.ID,YERUSALEM -- Jannat tidak pernah membayangkan kamarnya akan menjadi tempat kenangan mengerikan yang akan mengubah hidupnya selamanya.

Dalam sebuah momen, gadis Palestina ini mengalami kejadian yang mengubah hidupnya di kamarnya sendiri. Dia harus kehilangan penglihatan di kedua matanya, semua karena peluru tentara Israel.

Baca Juga

Hidupnya dan hidup keluarganya sepenuhnya terbalik. Peristiwa tersebut menghancurkan impian gadis yang dulunya ceria dan energik ini.

Darah di Mana-mana

Pada 11 Februari 2025, Jannat Mtour gadis 8 tahun, sedang bermain dengan dua adik laki-lakinya di kamar mereka ketika ia mendengar suara tentara Israel menyerbu kotanya, Sa'ir, di sebelah timur Hebron (Al-Khalil).

Sebagai anak perempuan tertua dan satu-satunya, didorong oleh cinta dan kasih sayang, ia bergegas menurunkan adik laki-lakinya yang berusia tiga tahun bernama Muhammad dari tempat tidur dan menjauh dari bahaya. Dia kemudian mendekati jendela, berniat untuk menutupnya.

Ayahnya bernama Faisal sedang bersama ibunya di ruang tamu ketika mereka mendengar Jannat berteriak, suaranya penuh dengan teror. Mereka bergegas ke kamarnya dan menemukan Jannat terbaring di genangan darah.

"Saya melihat genangan darah di kepala putri saya. Saya tidak bisa melihat wajah atau ciri-cirinya. Kedua saudara laki-lakinya menangis karena kengerian pemandangan itu. Dia menangis dan berteriak minta tolong. Peluru seorang tentara Israel telah menghantamnya ketika ia berusaha menutup jendela untuk melindungi saudara-saudaranya," ujar Faisal, dikutip dari halaman Palestine Chronicle, Jumat (21/2)

Ayahnya menggendongnya dan berlari ke luar rumah, mencoba membawanya ke rumah sakit terdekat. Namun, tentara Israel telah mengepung rumah itu, menghalangi siapa pun untuk keluar. Faisal terpaksa menahannya di tangga sampai para tentara mengizinkan mereka pergi.

Lebih dari setengah jam kemudian, mereka akhirnya diberi izin untuk pergi tetapi tanpa ambulans. Mereka tidak punya pilihan selain menggunakan kendaraan pamannya.

“Karena ada gerbang besi yang tertutup di pintu masuk kota kami, kami tidak dapat mencapai rumah sakit di Hebron selama 20 menit, dan harus melalui jalan alternatif yang lebih jauh,” ujar Faisal.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement