Rabu 05 Mar 2025 09:01 WIB

Sebab Musabab Petaka Kali Bekasi Meluap, Banjir Dinilai Lebih Buruk dari 2020

Bendungan Bekasi tidak lagi mampu menahan besarnya debit air.

Penampakan banjir di Pondok Gede Permai, Bekasi, Jawa Barat, Selasa (4/3/2025). Sebanyak 7 kecamatan di Kota Bekasi terdampak banjir akibat meluapnya Kali Bekasi. Kecamatannya meliputi Jatiasih, Bekasi Selatan, Bekasi Timur, Bekasi Utara, Bantargebang, Medan Satria, dan Pondok Gede. Terdapat sekitar 20 lokasi posko pengungsian yang disiapkan. Posko-posko ini tersebar di kawasan Perum Pondok Gede Permai dan wilayah terdampak lainnya. Pemerintah Kota Bekasi telah menetapkan status tanggap darurat bencana banjir. Total pengungsi akibat banjir bekasi mencapai 5.000 KK, dengan jumlah jiwa yang terdampak 16 ribu jiwa secara keseluruhan.
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Penampakan banjir di Pondok Gede Permai, Bekasi, Jawa Barat, Selasa (4/3/2025). Sebanyak 7 kecamatan di Kota Bekasi terdampak banjir akibat meluapnya Kali Bekasi. Kecamatannya meliputi Jatiasih, Bekasi Selatan, Bekasi Timur, Bekasi Utara, Bantargebang, Medan Satria, dan Pondok Gede. Terdapat sekitar 20 lokasi posko pengungsian yang disiapkan. Posko-posko ini tersebar di kawasan Perum Pondok Gede Permai dan wilayah terdampak lainnya. Pemerintah Kota Bekasi telah menetapkan status tanggap darurat bencana banjir. Total pengungsi akibat banjir bekasi mencapai 5.000 KK, dengan jumlah jiwa yang terdampak 16 ribu jiwa secara keseluruhan.

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI  -- Bencana banjir di Bekasi diyakini lebih buruk dibandingkan musibah serupa pada 2020. Banjir menghantam permukiman, pusat perbelanjaan, hingga jalan-jalan strategis yang menghubungkan lalu lintas warga. 

Kantor berita Antara menulis, pada Selasa (4/3/2025) dini hari, ketika jarum pendek jam menunjuk angka 2, air sungai meluap membawa serta lumpur pekat berwarna cokelat, menerjang permukiman warga tanpa ampun.

Baca Juga

Bau tanah basah dan lumpur yang menyengat menyatu dengan suara arus deras Kali Bekasi yang mengalir ganas. Tepat selepas adzan Subuh, mayoritas rumah di Pondok Mitra Lestari, Jatiasih, Kota Bekasi, Jawa Barat, mulai menyisakan ujung atapnya yang nyaris tenggelam.

Arus deras air setinggi lebih dari dua meter itu menyapu segala yang dilewatinya—perabotan rumah tangga, kendaraan, hingga hewan ternak di perkampungan sekitar yang tak sempat diselamatkan.

Beberapa warga di Jalan Pinus yang berhasil menyelamatkan diri terlihat bertahan di genting, menggigil dalam ketakutan sambil menanti pertolongan.

Di atas atap rumah yang hampir tenggelam itu, seorang bocah 9 tahun bertahan bersama kedua orang tuanya di bawah guyuran hujan deras. Bajunya lusuh, tubuhnya gemetar kedinginan.

Ia menengadahkan wajahnya ke langit, membuka mulut untuk menampung air hujan dan menelannya untuk menghilangkan haus. Sudah 6 jam dia terisolasi.

Di sekelilingnya, banjir membawa puing-puing dan barang-barang yang hanyut. Umumnya, adalah barang yang tersimpan di teras rumah, seperti alas kaki, galon, pot tanaman, hingga kursi dan meja taman.

Bertahan di atap rumah memang satu-satunya pilihan bagi mereka agar bisa bertahan hidup, ketimbang mati konyol karena debit air kian meninggi memenuhi seisi rumah hingga menyentuh plafon.

"Pintu rumah sudah tidak bisa dibuka lagi. Arus airnya terlalu tinggi, didorong juga berat," kata Sahl, nama dari bocah yang saat itu terjebak banjir di dalam rumah.

Bencana terburuk

Sekitar 3,5 jam sebelum petaka terjadi, Pengurus Komunitas Peduli Sungai Cileungsi-Cikeas (KP2C) sebenarnya sudah menerbitkan peringatan dini banjir setelah tinggi muka air (TMA) Sungai Cileungsi mencapai 400 cm (siaga 1) pada pukul 23.00 WIB.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini

Apa yang paling menarik bagi Anda tentang Singapura?

1 of 7
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement