REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Di alam semesta, manusia dan kehidupan, Tuhan Yang Maha Kuasa telah menciptakan hukum dan undang-undang yang seperti hukum umum dan metode panduan untuk bergerak dan diam, penciptaan dan perintah, penghakiman dan takdir, yang gaib dan yang disaksikan, dunia dan akhirat.
عن أبي واقِدٍ الليثيِّ قالَ: خرجْنَا مَعَ رسول الله صلى الله عليه وسلم إلى حُنَيْنٍ، ونحن حدثاءُ عهد بكفر، وللمشركين سِدْرَةٌ يعْكُفُونَ عندها، وينوطون بها أسلحتهم يقال لها: ذاتُ أنْواطٍ، فمرَرْنَا بِسِدْرَةٍ فقُلنا: يا رسولَ الله، اجْعَل لنا ذاتَ أنْواطٍ كما لهم ذاتُ أنْواطٍ، فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((الله أكْبَرُ! إنها السننُ! قلتم - والذي نفسي بيده - كَمَا قَالتْ بَنُو إسْرائيلَ لموسى: ﴿ اجْعَلْ لَنَا إِلَهًا كَمَا لَهُمْ آلِهَةٌ قَالَ إِنَّكُمْ قَوْمٌ تَجْهَلُونَ ﴾ [الأعراف: 138]، لترْكَبُنَّ سَنَنَ مَن كان قبْلَكُمْ
Abu Waqid al-Laithi berkata, “Kami keluar bersama Rasulullah SAW menuju Hunain, sementara kami masih kafir, dan orang-orang musyrik memiliki benteng tempat mereka beribadah dan menaruh senjata-senjata mereka. Disebut dengan Dzat Anwath. Kami melewati sebuah bendungan dan berkata, “Wahai Rasulullah, buatkanlah untuk kami bendungan seperti bendungan mereka.” Rasulullah bersabda, “Allah Maha Besar! Itu adalah Sunnah! Sebagaimana Bani Israil berkata kepada Musa:
اجْعَلْ لَنَا إِلَٰهًا كَمَا لَهُمْ آلِهَةٌ ۚ قَالَ إِنَّكُمْ قَوْمٌ تَجْهَلُونَ
“Dan Kami seberangkan Bani Israil ke seberang lautan itu, maka setelah mereka sampai kepada suatu kaum yang tetap menyembah berhala mereka, Bani lsrail berkata: "Hai Musa. buatlah untuk kami sebuah tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan (berhala)". Musa menjawab: "Sesungguh-nya kamu ini adalah kaum yang tidak mengetahui (sifat-sifat Tuhan)." (QS -A’raf: 138). Kalian akan menjalankan sunnah orang-orang sebelum kalian.” (HR Tirmidzi).
Wahyu, Alquran dan sunnah, adalah sumber yang dapat dipercaya, rujukan yang jelas, dan sumber yang murni untuk menjelaskan, menyajikan, menganalisis, dan menggambarkan hukum-hukum Ilahi, baik yang bersifat pribadi maupun umum, yang telah berlalu maupun yang akan datang, yang ghaib maupun yang tampak.
Nash-nash yang sahih merujuk kepada sejumlah hukum dan undang-undang yang komprehensif dan umum, baik yang bersifat khusus maupun umum, yang bersifat individual maupun sosial, yang bersifat temporal maupun spasial, dalam segala aspek dan segala situasi, dalam rincian terkecil maupun yang paling sederhana, sebagai metodologi pemikiran, pedoman perilaku, penjelasan atas berbagai kejadian, pengungkapan realitas, ramalan masa depan, pelajaran bagi individu, dan petunjuk bagi masyarakat. Berikut ini beberapa ketetapan Allah SWT yang diabadikan dalam Alquran:
BACA JUGA: Mengapa Malaysia, Singapura, dan Brunei Puasa Besok Meski Dekat dengan RI? Ini Kata Menag
Pertama, sunnah perubahan untuk individu dan sosial
لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِسِهِمْ ۗ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُ ۚ وَمَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَالٍ
“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (QS Al-Ra’d: 11).
