REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Tak jarang ditemukan di masyarakat anak-anak spesial berkebutuhan khusus, penyandang disabilitas, atau dengan ketidaksempurnaan fisik, adalah pertanda ketidaksalehan orang tua sekaligus azab Allah SWT untuk mereka berdua?
Tidak diragukan lagi bahwa memiliki anak penyandang disabilitas tidak selalu berarti bahwa orang tuanya tidak baik, atau ini adalah hukuman bagi orang tua atas dosa-dosa mereka.
Ditimpa musibah memiliki berbagai penyebab dan berbagai hikmah. Ini bukan hanya hukuman atas dosa dan pelanggaran, tetapi juga bisa menjadi penyucian, pembersihan, dan penebusan atas perbuatan buruk, dan musibah dapat menimpa seorang hamba untuk meningkatkan derajatnya.
Yang harus diperhatikan oleh orang tua adalah mereka harus berusaha berbuat baik kepada anak mereka dengan mengharap pahala dari Allah SWT, menghindari kemarahan dan kebencian, dan berhati-hati dalam menyiksa anak mereka yang difabel.
Dalam Kitab Fath al-Bari fi Syarh Shahih al-Bukhari, Imam Ibnu Hajar menjelaskan hadits
إذا ابتليت عبدي بحبيبتيه فصبر عوضته منهما الجنة
“Jika Aku menimpakan musibah kepada hamba-Ku dengan dua orang yang dicintai, lalu ia bersabar, maka Aku akan membalasnya dengan surga.” Dia menulis sebagai berikut:
BACA JUGA: Tumben Israel Mau Gencatan Senjata Ramadhan, Ternyata Ini ‘Udangnya’ yang Ditolak Hamas
أن ابتلاء الله عبده في الدنيا ليس من سخطه عليه بل إما لدفع مكروه أو لكفارة ذنوب أو لرفع منزلة، فإذا تلقى ذلك بالرضى تم له المراد
Ujian Allah terhadap hamba-Nya di dunia ini bukan karena ketidaksenangan-Nya kepadanya, tetapi untuk membayar sesuatu yang tidak menyenangkan, atau untuk menghapuskan dosa-dosa, atau untuk meningkatkan derajatnya, dan jika dia menerimanya dengan ridha, dia akan mencapai tujuannya.
