REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia sedang mengambil langkah berani di panggung global, yang kabarnya membidik akuisisi kapal ITS Giuseppe Garibaldi (C551). Sebagai kapal induk helikopter atau kapal induk ringan, ITS Giuseppe Garibaldi dulunya merupakan jantung Angkatan Laut Italia.
Dalam perkembangan yang dapat meningkatkan kekuatan TNI AL secara signifikan, Janes mengutip sumber-sumber di dalam Angkatan Laut Italia, melaporkan, setiap kesepakatan potensial untuk Giuseppe Garibaldi mungkin tidak akan terjadi begitu saja. Kemungkinan besar kesepakatan akan mencakup pembelian 30 jet tempur AV-8B Harrier II STOVL, yang selanjutnya akan memperkuat kemampuan serangan udara Indonesia.
Baca: Dubes Iran Ajak Menhan Sjafrie Produksi Drone Bersama
"Pengadaan ini sejalan dengan rencana kekuatan pokok minimum (MEF) Angkatan Laut Indonesia, yang mencakup sedikitnya empat kapal induk helikopter, empat fregat, dan beberapa kapal patroli," tulis laporan Janes dikutip di Jakarta, Ahad (9/3/2025).
ITS Giuseppe Garibaldi yang diluncurkan pada 1985, dulunya merupakan simbol kekuatan angkatan laut Italia. Kapal sepanjang 180,2 meter itu secara resmi dipensiunkan ke status cadangan oleh Angkatan Laut Italia pada Oktober 2024. Hal itu yang membuka jalan bagi landing helicopter dock (LHD) yang canggih, ITS Trieste untuk beroperasi.
Baca: Menhan Sjafrie Bertemu Dubes Turkiye Bahas Jet Tempur KAAN
Kini, dalam langkah yang berani dan strategis, Indonesia mungkin mengincar kapal perang legendaris tersebut untuk memperkuat kemampuan TNI AL. Baru bulan lalu, pucuk pimpinan TNI AL menggemparkan kalangan pertahanan ketika mengumumkan minatnya untuk mengakuisisi kapal induk guna memperkuat operasi militer nonperang.
Pengungkapan tersebut datang langsung dari Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Muhammad Ali, yang menggarisbawahi kebutuhan mendesak akan kapal semacam itu, yang menandakan potensi perubahan yang mengubah permainan dalam ambisi maritim Indonesia.
Baca: TNI Gagalkan Penyelundupan Pakaian Bekas Impor dari Malaysia
"Nampaknya kita membutuhkan kapal induk untuk operasi militer nontempur," kata Ali di sela Rapat Pimpinan (Rapim) TNI AL di Mabesal, Cilangkap, Jakarta Timur beberapa waktu lalu.
Kepala Biro Infohan Kementerian Pertahanan RI, Brigjen Frega Wenas Inkiriwang menjelaskan, rencana TNI AL mendapatkan kapal induk tersebut didorong oleh faktor geografis Indonesia. "Sebagai negara kepulauan yang kerap dilanda bencana alam, kapal induk semacam itu akan menjadi platform untuk mempercepat pengiriman bantuan secara lebih efektif," jelasnya.
Frega menegaskan, kapal induk yang dimaksud bukanlah kapal induk dek besar yang dirancang untuk proyeksi daya dengan jet tempur konvensional. "Sebaliknya, kapal induk ini akan berfungsi sebagai platform yang mendukung operasi lepas landas pendek dan pendaratan vertikal (STOVL), terutama untuk helikopter yang digunakan dalam logistik bantuan bencana. Rencana tersebut masih dalam kajian, dan salah satu opsi yang dipertimbangkan adalah LHD (landing helicopter dock)," ucap Frega.
Baca: TAI Gelar Penerbangan Perdana Drone Anka-2 pada Tahun Ini