REPUBLIKA.CO.ID, KOTA GAZA -- Memasuki pekan kedua Ramadhan 2025 M/1446 H, Dewan Masjid Indonesia (DMI) telah menyelesaikan pembangunan masjid semi-permanen di Jalur Gaza, Palestina. Masjid kedua yang dibangun DMI itu berada di atas lahan bekas Masjid Bseiso di Shuja'iyya, Gaza Utara.
Dengan luas 300 meter persegi, masjid yang berdiri di tengah reruntuhan ini dilengkapi dengan pelbagai fasilitas dasar untuk mendukung aktivitas ibadah, seperti karpet, sajadah, dan sistem suara (sound system). Pendirian tempat ibadah ini merupakan bagian dari upaya pemulihan masyarakat Jalur Gaza yang menjadi korban gempuran tentara Israel.
Saat ini, masjid semi-permanen tersebut telah digunakan oleh warga Shuja’iyya untuk beribadah. Kehadirannya menjadi simbol keteguhan dan sekaligus harapan masyarakat setempat yang terdampak genosida.
Pembangunan masjid semi permanen ini merupakan bagian dari upaya DMI dalam membantu pemulihan Gaza, khususnya dalam menyediakan sarana ibadah yang layak. Selain berfungsi sebagai tempat shalat, masjid ini juga diharapkan menjadi pusat kegiatan keagamaan dan sosial bagi warga setempat.
"Masyarakat Gaza menyambut baik kehadiran masjid ini sebagai ruang spiritual dan tempat berkumpul yang memberikan kekuatan di tengah situasi sulit. Pembangunan ini diharapkan menjadi langkah awal dalam proses pemulihan yang lebih luas bagi warga Palestina," demikian petikan keterangan DMI yang diterima Republika, Ahad (9/3/2025).
DMI berencana membangun 100 masjid semi-permanen di seluruh Jalur Gaza. Masjid-Masjid tersebut nantinya akan didirikan di lokasi bekas reruntuhan masjid permanen yang dihancurkan dalam agresi yang dilakukan militer Israel periode Oktober 2023 hingga awal Januari 2025.
"DMI mengharapkan uluran tangan umat Islam Indonesia untuk menyumbangkan sebagian hartanya melalui rekening donasi 'Solidaritas Al Aqsha Gaza DMI' 750-000-1008 Bank Syariah Indonesia (BSI)," tutup keterangan resmi.

RI siap bantu rekonstruksi