REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat Gunung Merapi meluncurkan 15 kali guguran lava dalam 24 jam terakhir atau Senin, 11 Maret 2025. Guguran lava tersebut mengarah ke Kali Sat/Putih, Kali Krasak, dan Kali Bebeng.
“Jarak luncur maksimum (guguran lava mencapai) 1.800 meter,” kata Kepala BPPTKG, Agus Budi Santoso, Rabu (12/3/2025).
Selain guguran lava, intensitas kegempaan Merapi juga masih cukup tinggi. Terkait dengan kegempaan Merapi, BPPTKG juga mencatat masih cukup tinggi.
Dalam 24 jam terakhir, total terjadi 253 kali kegempaan di Merapi. “Rinciannya, terjadi 138 kali gempa guguran dan 115 kali gempa fase banyak atau hybrid,” ungkap Agus.
Mengingat aktivitas vulkanik yang masih cukup tinggi, BPPTKG menetapkan tingkat aktivitas Merapi saat ini masih di level 3 atau siaga. Untuk itu, potensi bahaya Merapi masih berupa guguran lava dan awan panas guguran (APG).
“Masyarakat agar mewaspadai bahaya lahar dan awan panas guguran (APG), terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi,” jelas Agus.
Potensi bahaya tersebut dapat terjadi pada sektor selatan–barat daya yang meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal lima kilometer, Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal tujuh kilometer. Selain itu, juga pada sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal tiga kilometer dan Sungai Gendol lima kilometer.
Sedangkan, lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius tiga kilometer dari puncak. “Data pemantauan menunjukkan suplai magma masih berlangsung yang dapat memicu terjadinya awan panas guguran di dalam daerah potensi bahaya,” katanya.