REPUBLIKA.CO.ID, MAJALENGKA--Ujian akhir sekolah tengah dilaksanakan di sekolah-sekolah dasar (SD) bagi siswa kelas enam mulai Senin (26/5/2025). Namun, hal itu berbeda dengan SDN Kertasari 3, Desa Kertasari, Kecamatan Kertajati, Kabupaten Majalengka.
Sekolah yang tak jauh dari Bandara Kertajati itu tidak menggelar ujian sekolah karena tidak memiliki satupun siswa kelas enam. Sekolah itu hanya diisi oleh siswa kelas satu sampai lima. Bahkan, jumlah total siswa dari lima kelas di SDN Kertasari 3 pun hanya 19 anak. Jumlah itu tergolong sangat minim untuk sebuah sekolah.
Kepala SDN Kertasari 3, Sofia Midawaty mengatakan, sebanyak 19 siswa itu tersebar di kelas satu sebanyak tiga siswa, kelas dua sebanyak empat siswa, kelas tiga ada tiga siswa, kelas empat ada satu siswa dan kelas lima ada delapan siswa.
Minimnya jumlah siswa di setiap kelas itu menunjukkan rendahnya minat orang tua untuk mendaftarkan anak mereka ke SDN Kertasari 3. Kondisi tersebut sudah berlangsung setiap tahun ajaran baru di sekolah itu. “Jauh dan di tengah sawah. Begitu alasannya,” ujar Kepala SDN Kertasari 3, Sofia Midawaty.
Padahal, kata dia, gedung SDN Kertasari 3 masih tergolong baru dengan fasilitas yang memadai. Gedung sekolahan itu dibangun pada 2017 sebagai relokasi dari bangunan lama yang tergusur proyek pengembangan Aero City Bandara Kertajati.
Meski berdiri di tengah hamparan sawah, namun sekolahan tersebut hanya berjarak sekitar 500 meter dari pemukiman warga. Minimnya jumlah siswa itu akhirnya membuat kegiatan belajar mengajar disatukan di satu ruangan. Padahal, sekolahan itu memiliki sepuluh ruangan.
Selain jumlah siswanya yang minim, SDN Kertasari 3 juga kekurangan guru. Saat ini, hanya ada dua orang guru yang mengajar di sekolahan itu, yakni seorang guru PNS dan seorang lagi guru yang berstatus honorer.