REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--PT Bank Syariah Mandiri (BSM) mencatat pertumbuhan signifikan pada semester pertama 2011 ini. Anak usaha PT Bank Mandiri tersebut mencatat laba bersih sebesar Rp 270 miliar atau naik 36,64 persen, dibanding posisi yang sama sebelumnya Rp 197,60 miliar.
Menurut Direktur Utama BSM, Yuslam Fauzi penyumbang terbesar laba bersih berasal dari pendapatan margin dan bagi hasil. ''Pendapatan keduanya mencapai Rp 1,79 triliun atau naik 39,84 persen, dibanding sebelumnya sebesar Rp 1,28 triliun,'' katanya dalam Pemaparan Kinerja Semester Pertama BSM, Rabu malam (24/8).
Di periode ini, BSM mencatat aset sebesar Rp 38,25 triliun atau naik 44,99 persen dibanding sebelumnya Rp 26,38 triliun. Dana pihak ketiga (DPK) tercatat sebesar Rp 33,96 triliun atau naik 45,56 persen, dibanding sebelumnya Rp 23,33 triliun, dengan pertumbuhan dana murah 7,58 persen menjadi Rp 15,268 triliun.
Dari segi penyaluran pembiayaan, BSM mengucurkan dana sebesar Rp 30,06 triliun atau naik 51,28 persen, dibanding sebelumnya Rp 19,87 triliun. Pembiayaan nonkorporasi (usaha mikro kecil dan menengah atau UMKM) mendominasi hingga 69,40 persen, sementara korporasi hanya 30,6 persen.
Yuslam mengaku posisi korporasi akan terus ditekan. ''Kita upayakan, non korporasi kalau bisa 90 hingga 99 persen,''katanya. Ia mensinyalir non korporasi bakal berdampak langsung pada ekonomi masyarakat.
Di periode yang sama, BSM mencatat adanya peningkatan ekuitas sekitar 38,33 persen, dari Rp 1,80 triliun pada Juni 2010 menjadi Rp 2,49 triliun pada Juni 2011. Peningkatan seiring bertambahnya modal disetor dan laba perusahaan.
Pada Maret 2011, BSM mendapat tambahan modal dari Bank Mandiri, Rp 200 miliar. Ini menjadikan modal disetor meningkat dari Rp 658,24 miliar menjadi Rp 858,24 miliar. BSM memperkuat cadangan dengan mengalokasikan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) sebagaimana ditentukan BI. Pemenuhan PPAP terhadap PPAP wajib per Juni 2011 sebesar 111,89 persen.
Menurut Direktur Kepatuhan BSM, Zainal Fanani, dari segi rasio keuangan BSM membukukan rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio atau CAR) sebesar 11,24 persen. Rasio pembiayaan ke DPK (financing to deposit ratio atau FDR) tercatat sebesar 88,52 persen.Rasio kredit bermasalah (non performing finance net atau NPF Net) sebesar 1,14 persen. Rasio efisiensi cost (cost efisiensi ratio atau CER) sebesar 55,04 persen.
Di semester kedua ini, hingga akhir tahun BSM bakal membuka 274 jaringan kantor baru. Saat ini, bank dengan aset syariah terbesar Tanah Air itu mencatat telah membuka 42 unit kantor di 2011. ''Nilai investasi Rp 1,5 hingga Rp 2,5 miliar untuk satu kantor,'' katanya. BSM menguasai pasar perbankan syariah Indonesia sebesar 35 persen.
Sementara itu, di kesempatan yang sama, BSM mengaku pemberian pembiayaan pada usaha rakyat, yang biasa dikenal dengan kredit usaha rakyat (KUR) pada bank konvensional, mengalami peningkatan. ''Outstanding Rp 1,2 triliun dengan 10.700 nasabah,'' ujar Direktur Ritel BSM, Hanawijaya.
Sektor pertanian masih dominan. Selain itu, BSM juga memberi pembiayaan ini di sektor perdagangan. Pencairan pembiayaan per bulan bisa mencapai Rp 80 miliar.