Selasa 26 Aug 2025 14:01 WIB

Kekuatan Senjata Nuklir, Donald Trump: China Mengejar Kami

Trump membahas pembatasan senjata nuklir dengan Rusia dan China.

Presiden Donald Trump.
Foto: AP Photo/Alex Brandon
Presiden Donald Trump.

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengatakan bahwa dirinya telah membahas pembatasan senjata nuklir dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin, termasuk rencana untuk melibatkan China dalam upaya denuklirisasi.

“Kami sedang membahas mengenai pembatasan senjata nuklir. Kami akan melibatkan China dalam hal ini,” kata Trump kepada wartawan di Oval Office, Senin (25/8)

Baca Juga

“Kami memiliki senjata nuklir terbanyak. Rusia memiliki jumlah terbanyak kedua, dan China ketiga,” tambahnya.

Trump menyebut Beijing saat ini berada di belakang Washington dan Moskow, namun menggarisbawahi bahwa kemampuan nuklir China berkembang pesat.

“China memang jauh tertinggal jauh, tapi mereka akan mengejar kami (AS) dalam lima tahun,” ucapnya.

Menurut Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm (SIPRI), Rusia dan AS bersama-sama memiliki sekitar 90 persen dari seluruh senjata nuklir di dunia.

SIPRI memperkirakan bahwa China saat ini memiliki setidaknya 600 hulu ledak nuklir.

“Saya pikir denuklirisasi adalah permainan yang sangat besar, tapi Rusia bersedia melakukannya, dan saya pikir China juga akan bersedia untuk melakukannya,” ujar Trump kepada wartawan dalam pernyataan terpisah saat menjamu Presiden baru Korea Selatan, Lee Jae-myung.

Menegaskan bahwa penyebaran senjata nuklir tidak boleh dibiarkan, Trump berkata: “Kita harus menghentikan senjata nuklir. Kekuatannya terlalu besar,” ucap dia.

Lebih lanjut, Trump menekankan bahwa kunjungan Putin ke Alaska pada 15 Agustus menunjukkan komitmennya terhadap proses negosiasi, merujuk pada konflik Rusia-Ukraina.

“Fakta bahwa ia datang ke Alaska, negara kita, saya pikir, merupakan pernyataan besar bahwa dia ingin menyelesaikan ini,” kata Trump.

Namun, ia juga menyampaikan kekesalannya terhadap serangan Rusia yang masih berlanjut di Ukraina.

“Setiap percakapan saya dengannya adalah percakapan yang baik. Lalu kemudian, sayangnya, sebuah bom dikirim ke Kiev… dan kemudian saya akan sangat marah,” ujarnya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ
Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.

(QS. Ali 'Imran ayat 159)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement