Jumat 12 Sep 2025 14:48 WIB

Ekonom: Likuiditas Perbankan Perlu Disertai Insentif Tenaga Kerja

Ekonom menekankan pentingnya belanja prioritas pemerintah untuk dorong ekonomi.

Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa mengacungkan jempol usai mengikuti rapat kerja dengan Komisi XI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (11/9/2025). Komisi XI DPR menyetujui pagu anggaran Kementerian Keuangan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2026 sebesar Rp52,02 triliun.
Foto: ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa mengacungkan jempol usai mengikuti rapat kerja dengan Komisi XI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (11/9/2025). Komisi XI DPR menyetujui pagu anggaran Kementerian Keuangan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2026 sebesar Rp52,02 triliun.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kepala Ekonom Trimegah Sekuritas Indonesia, Fakhrul Fulvian, menilai kebijakan pemerintah untuk meningkatkan likuiditas perbankan merupakan langkah tepat. Namun, agar lebih tepat sasaran, ia menyarankan kebijakan tersebut disertai program insentif bagi rekrutmen pegawai baru di perusahaan sektor padat karya.

“Pemerintah bisa membantu tenaga kerja melalui dukungan kepada perusahaan dengan membayar sebagian gaji pegawai baru. Hal ini diperlukan karena pengusaha saat ini juga sedang dalam fase bertahan,” kata Fakhrul dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (11/9/2025).

Baca Juga

Setelah penempatan dana di perbankan, Fakhrul menyarankan pemerintah segera merealisasikan serta meningkatkan kualitas belanja, terutama untuk program prioritas seperti Makan Bergizi Gratis (MBG), Koperasi Desa (Kopdes) Merah Putih, pembangunan tiga juta rumah, serta program lain.

“Kebijakan ini dilakukan dengan mengarahkan belanja dalam jumlah besar ke sektor-sektor tertentu, untuk meningkatkan tenaga kerja yang kemudian mendorong perekonomian,” ujarnya.

Menurut Fakhrul, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa telah menerapkan kebijakan reflasi, yaitu langkah pemerintah secara terkoordinasi meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan aggregate demand ke tingkat yang seharusnya.

“Selama bertahun-tahun, pertumbuhan ekonomi nasional cenderung tertahan oleh kebijakan kontraksi dari aliran darah ekonomi, yakni keuangan. Kita terjebak oleh siklus dolar dan hal-hal lain yang membuat kita bertahan dalam dogma stability over growth,” kata Fakhrul.

Ia melanjutkan, kondisi saat ini mengharuskan pemerintah memberi dukungan ekonomi secara langsung di tengah pelemahan daya beli dan terhambatnya mesin perputaran ekonomi.

“Beberapa tahun terakhir, ekonomi tumbuh tapi tidak berputar. Ini menyebabkan banyak masyarakat tidak menikmati pertumbuhan ekonomi,” ujarnya.

Fakhrul menyebut kebijakan reflasi pernah diterapkan di Amerika Serikat pada 1930-an saat terjadi depresi ekonomi, juga di Jepang melalui Abenomics, yang terbukti berhasil mendorong permintaan domestik.

“Ini dibutuhkan karena masalahnya ada di sisi permintaan ekonomi, bukan penawaran,” katanya.

sumber : ANTARA
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ
Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.

(QS. Ali 'Imran ayat 159)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement