Senin 13 Dec 2010 21:55 WIB

Mengapa Para Hacker "Mati Kutu" Terhadap Amazon.com?

amazon.com
Foto: .
amazon.com

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK--Kelompok peretas (hacker) yang menamakan dirinya "Anonymous" mencoba dan gagal untuk "menguasai"  Amazon.com pada hari Kamis. Mereka mengaku  beberapa kali mencoba menembus pertahanan Amazon.com, namun selalu kandas.

Anonymous adalah kelompok yang bermarkas di 4chan.org, bersepakat untuk menyerang situs-situs yang dianggap musuh. Dan, "musuh" mereka kali ini adalah mereka yang dianggap mendukung pemberangusan Wikileaks. Di masa lalu, Anonymous sukses menyerang  Motion Picture Association of America dan Asosiasi Industri Rekaman Amerika.

Yang menempatkan Amazon menjadi sasaran bidik Anonymous, adalah karena WikiLeaks adalah salah satu pelanggan website-hosting Amazon. Amazon memberikan WikiLeaks boot setelah rilis kontroversial situs dari harta rahasia dokumen Departemen Luar Negeri AS. Namun belakangan, layanan dihentikan.

Minggu ini, Anonymous meluncurkan kampanye menentang situs-situs yang "menyerang" WikiLeaks. Di bawah bendera "Operasi Payback," kelompok Anonymous menyerang banyak situs, antara lain Amazon dan situs resmi beberapa negara. Mereka sukses menjatuhkan Mastercard.com dan situs Visa dan PayPal. (Transaksi Mastercard dan Visa yang berjalan benar-benar independen dari situs web mereka tidak terpengaruh). Juga situs pemerintah Swedia. Tapi tidak Amazon.com.

Anonymous membuat serangan yang tidak melalui hacking, alias menggangsir situs itu, tetapi hanya dengan mengarahkan lonjakan lalu lintas raksasa ke situs yang ditargetkan. Ini disebut serangan DDoS, penolakan layanan jangka pendek,  dan ini terkenal sulit untuk sebagaian besar situs mempertahankan diri.

Serangan itu sendiri tidak canggih. Itu setara dengan hanya menekan tombol "refresh" ribuan kali pada sekali waktu. Peretas menggunakan program otomatis untuk melakukannya.

Kembali ke soal tak terjebolnya Amazon, analis IT media CNN menyatakan serangan mereka dilakukan di saat yang tak tepat. Menjelang libur panjang Natal dan tahun baru, mereka memperkuat situsnya untuk mengantisipasi rush Desember.

Amazon memiliki kapasitas server sangat besar terkenal tangguh. Situs ini menjadi salah satu sasaran amuk Anonymous karena di sinilah semula Wikileaks berumah. Tekanan pemerintah Amerika serikat membuat Amazon menutup layanannya untuk situs milik Julian Assange itu. Anonymous dikenal sebagai pembela Wikileaks.

Amazon juga telah bertahun-tahun membuat dan menyempurnakan sebuahinfrastruktur yang ekastis, yang disebut EC2, yang dirancang untuk secara otomatis untuk menangani lonjakan trafik skala raksasa. Perusahaan ini memiliki kapasitas server yang begitu banyak, dan karenanya menjalankan usaha sambilan dengan menjadi hosting situs-situs lain. Pelanggannya termasuk New York Times, Second Life, Etsy, Playfish, Indianapolis 500, dan Washington Post.

Namun model keseluruhan Amazon adalah membangun bisnis yang tak terpengaruh lonjakan lalu lintas yang intens. Musim belanja liburan dasarnya adalah serangan DDoS selama sebulan di server Amazon - sehingga perusahaan telah melakukan banyak upaya untuk membentengi dirinya sendiri.

Anonymous sebetulnya menyadari hal ini. Namun, mereka tetap menggempur, sampai akhirnya, "Kami tidak memiliki kekuatan cukup," demikian tweet mereka di Twitter.

Sebaliknya, mereka memutuskan untuk pergi ke PayPal API, dan sukses. Kendati begitu, pihak Paypal mengaku tak terpengaruh.  "Serangan-serangan ini memang melambatkan  website itu sendiri, namun belum secara signifikan berdampak pada pembayaran," kata seorang perwakilan PayPal.

sumber : CNN
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement