REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Netizen sedang ramai perihal bobolnya beberapa akun e-commerce di Indonesia. Ditengarai ada kemungkinan terjadinya phising terhadap akun korban, sehingga peretas berhasil mengambil username dan password.
Pakar keamanan cyber Pratama Persadha menjelaskan yang paling utama diperhatikan pengelola e-commerce adalah peningkatan keamanan pada sistem. Menurutnya, marketplace tidak bisa begitu saja menyalahkan konsumen sebagai pengguna.
“e-Commerce ini industri besar di era digital, tentu harusnya punya modal kuat untuk meningkatkan keamanan pada sistem mereka. Kalau benar phising, minimal pada sistem e-Commerce bisa mendeteksi awal dan secara otomatis mengaktifkan model keamanan two factor authentification misalnya,” jelas Pratama dalam keterangan pers yang diterima Republika.co.id, Ahad (17/4).
Ia menambahkan penggunaan kartu kredit dalam proses pembayaran adalah salah satu yang diincar oleh peretas. Karena itu, perlu mendapat perhatian cukup serius dari para pelaku e-Commerce di tanah air.
“Masih ada e-Commerce yang dalam transaksi lewat kartu kredit tidak menggunakan otentifikasi tambahan lewat nomor seluler misalnya, jelas ini sangat disayangkan. Lalu sejauh mana pengamanan informasi kartu kredit, publik sebagai konsumen juga harus diberitahu dan diyakinkan,” terangnya
Pratama juga berharap kedepan pemerintah lebih bisa mengatur regulasi e-Commerce agar keberadaanya tidak hanya mengeruk pundi rupiah dari masyarakat, tapi juga memastikan keamanannya.
“Selama ini yang ramai tentang e-Commerce hanya soal pajak saja. Dengan kejadian ini semoga pemerintah bisa cukup perhatian untuk memaksa e-Commerce yang beroperasi di Indonesia mau menerapkan standar keamanan yang tinggi, sehingga masyarakat tidak perlu lagi khawatir,” tegasnya.