REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan start-up (rintisan) Indonesia yang bergerak di bidang "game development" PT Astar Asia Global (Astark) membuat aplikasi permainan sepak bola yang menggunakan konsep "augmented reality (AR) trading cards".
Perusahaan tersebut mengklaim aplikasi game sepak bola yang dikerjakan bersama AR&Co dan AR Group tersebut adalah pertama yang dengan teknologi AR?trading cards. Pemilik Astark Arthur Irawan mengatakan aplikasi itu bertujuan untuk menghubungkan penggemar sepak bola di tanah air dengan pemain sepak bola favorit mereka.
"Kami ingin membuat sebuah wadah interaksi yang unik untuk pengemar sepak bola di Indonesia melalui augmented reality (AR) trading cards game serta channel online Astark," kata dia melalui siaran pers yang diterima Antara pada Senin (5/12) di Jakarta.
Dia mengatakan aspek AR merupakan teknologi terbaru yang belum pernah diterapkan pada mobile gaming app?sepak bola.
"Inti dari seluruh permainan ini adalah berkompetisi melawan pengguna lain untuk membuktikan siapa yang mampu membangun dan melatih tim terbaik serta memiliki taktik yang terbaik. Lawan akan dipilih secara acak, tetapi pemain dapat melawan pemain lain yang ada di daftar pertemanan mereka," kata dia.
CEO dan Co-Founder dari AR Group, Daniel Surya memprediksi teknologi AR akan menjadi daya tarik di industri teknologi di tahun mendatang. "Teknologi Augmented Reality akan semakin memiliki peranan penting di berbagai sektor, dan tidak lama lagi akan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari keseharian kita, sampai saat ini belum ada?mobile gaming app? di olahraga sepak bola yang menggunakan konsep ini.
Pasar game online di Indonesia saat ini tengah berkembang pesat, menurut statisitik Newzoo tahun 2015, 52 persen pasar game di Indonesia didominasi game mobile. Selain itu Laporan App Annie 2015 Retrospective, jumlah pemain game mobile aktif merupakan yang terbesar di Asia Tenggara dengan 30,7 pengguna.
Dari seluruh pemain game mobile tersebut, 49 persen menghabiskan uang untuk game lebih besar dari seluruh wilayah Asia Tenggara dengan rata-rata 45 persen.