Ahad 28 Jan 2018 02:16 WIB

Produksi Industri Elektronik Korsel Kalahkan Jepang

Produksi industri elektronik Korea Selatan di posisi ketiga setelah Cina dan AS.

Rep: Adinda Pryanka / Red: Ratna Puspita
Ratusan konsumen pencinta Samsung antri pada penjualan perdana Samsung galaxy A8 dan A8+ di Jakarta, jumat (19/1).
Foto: Darmawan / Republika
Ratusan konsumen pencinta Samsung antri pada penjualan perdana Samsung galaxy A8 dan A8+ di Jakarta, jumat (19/1).

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL — Industri elektronik Korea Selatan berada di peringkat ketiga dari segi produksi pada tahun lalu. Menurut data Asosiasi Elektronik Korea (KEA), berada di posisi ketiga, Korea Selatan telah melampaui Jepang sebagai produsen elektronik terbesar.

Seperti dilansir dari Korea Herald, Ahad (28/1), KEA melaporkan industri Korea mencatat volume produksi 121,7 miliar dolar AS pada 2017. Angka tersebut tumbuh 10,3 persen dibanding dengan tahun sebelumnya. 

Pertumbuhan ini mendorong Korea Selatan sebagai produsen elektronik terbesar ketiga dan menguasai 6,8 produksi global. Di atas Korea Selatan adalah Cina dan Amerika Serikat. Menurut KEA, Cina telah mengambil alih posisi nomor pertama dari Amerika Serikat dan berhasil mempertahankan posisinya sejak itu. 

Produsen elektronik terbesar di Amerika Utara adalah Whirlpool tahun lalu, diikuti oleh Delph Electrolux asal Swedia, Continental dan Dell asal Jerman. Dari laporan KEA, produksi global Whirlpool mencapai 22,3 juta unit.

KEA memperkirakan, produksi industri elektronik Amerika Serikat akan menunjukkan tingkat pertumbuhan signifikan hingga 2019. Sebab, adanya penguatan pergerakan proteksinois perdagangan di negara tersebut. 

Tidak hanya di Amerika Serikat, laporan KEA menjelaskan, produksi elektronik diproyeksikan tumbuh dengan mantap di negara-negara besar pada 2019. “Namun, tingkat pertumbuhan AS diperkirakan akan lebih tinggi dibanding dengan yang lain karena kebijakan resesi dan proteksionis lainnya,” tuli KEA dalam laporannya. 

Presiden Amerika Serikat Donald Trump, menandatangani persetujuan untuk pengamanan impor mesin cuci dari Samsung Electronics dan LG Electronics Korea pada Selasa (23/1). Ia menyebutkan, pengamanan tersebut merupakan sebuah insentif yang kuat bagi Samsung dan LG untuk menindaklanjuti janji mereka baru-baru ini untuk membangun pabrik manufaktur besar di Amerika Serikat. 

Pengamanan tersebut mencakup tarif 50 persen untuk kuota mesin cuci impor yang mencapai lebih dari 1,2 juta unit. Kebijakan ini nantinya akan menyebabkan kenaikan harga produk Korea di Amerika Serikat. 

Dari segi pasar, tingkat konsumsi barang elektronik milik Korea mencapai posisi kelima pada tahun lalu dengan angka 50,5 miliar dolar AS, turun dari 1,8 persen dari tahun sebelumnya. Cina dan Amerika Serikat juga mempertahankan dua posisi teratas dalam konsumsi, sedangkan Jepang dan Jerman mengikutinya. 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement