REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Facebook mengakui telah menyewa sebuah perusahaan hubungan masyarakat untuk menyoroti kelemahan praktik kerahasiaan Google. Namun raksasa jejaring sosial itu menampik usaha itu berhubungan dengan kampanye kotor terhadap mesin pencari itu.
Facebook yang telah menempuhlangkah keliru dalam soal privasi dengan para penggunanya di masa lalu, menyewa perusahaan humas Burson-Marstellar milik WPP untuk mengamati penggunaan informasi pribadi pengguna dalam Google Social Circles, salah satu fitur Google yang tidak begitu populer.
Pengakuan itu sekaligus menunjukkan sengitnya persaingan antara Google dengan Facebook sang raja jejaring sosial.
Pertempuaran Facebook melawan Google menunjukkan bagaimana privasi konsumen, terutama yang berkaitan dengan beberapa data sensitif, seperti nomor kartu kredit dan nomor kartu identitas, bisa menjadi bom waktu untuk perusahaan internet masa depan yang berusaha mengumpulkan data para penggunanya.
Dalam kerjanya mengincar Google, Burson-Marstellar menghubungi beberapa jurnalis dan pakar privasi tanpa mengungkapkan identitas kliennya.
"Kami ingin pihak ketiga memverifikasi bahwa orang tidak ingin data-data dari akun mereka di Facebook demikian juga Google Social Circles, dikumpulkan dan digunakan," kata perusahaan itu seperti dikutip Reuters.
Analis keamanan dan privasi, Christopher Soghoian, yang dihubungi pada 3 Mei oleh Burson-Marstellar mengaku diminta menuliskan sebuah opini tentang isu privasi Google Social Circles.
"Yang menurut saya aneh adalah email ini tidak untuk menguntungkan sebuah perusahaan tetapi malah menentangnya," kata Soghoian.
"Mereka bilang jika saya tidak punya waktu, maka mereka akan menuliskannya untuk saya dan menerbitkannya di Hufftington Post dan The Hill," lanjutnya.
Soghoian yang menentang Google dan Facebook dalam soal perlindungan privasi, memasang email dari Burson-Marstellar itu pada blog-nya, 3 Mei silam.
Tidak lama kemudian media AS, USA Today, juga memposting email serupa dan mengungkapkan bahwa klien perusahaan humas itu sebenarnya Facebook.
Baik Google maupun Facebook memberikan layanan yang hampir semuanya gratis kepada para penggunanya dan semuanya bersandar pada kepercayaan dari penggunanya.
Kepercayaan itu yang kemudian memberikan Google keuntungan sekitar 172 miliar dolar AS, sementara Facebook kini bernilai sekitar 70 miliar dolar AS.