REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Google Inc diam-diam sudah mengawasi toko online Android Market selama berbulan-bulan karena banyaknya ancaman serangan dari peranti lunak berbahaya (Malware), menyusul tingginya popularitas ponsel pintar berbasis Google Android.
"Aparat" baru Google bernama Bouncer: sebuah layanan keamanan Google yang memindai aplikasi baru pengembang sebelum masuk ke pasar atau toko aplikasi Google.
Google mengatakan Bouncer memusnahkan aplikasi yang memiliki malware dan menganalisa akun pengembang baru untuk mencegah kejadian yang sama. Upaya itu ternyata membuahkan hasil yang bagus.
"Meskipun tidak mungkin mencegah peretas menciptakan malware, yang terpenting adalah bagaimana aplikasi jahat itu tidak terinstal dalam Android Market dan kita tahu tingkat malware menurun secara signifikan," kata Wakil Presiden Teknik Unit Google Android Hiroshi Lockheimer dalam posting blog pada Kamis.
Lockheimer mengatakan dengan Bouncer, Google melihat penurunan jumlah "download berbahaya" sebesar 40 persen di Android Market.
Sebuah perusahaan riset keamanan Lookout menerbitkan sebuah laporan bulan Desember yang memperkirakan uang pengguna Android yang bernilai lebih dari $ 1 juta uang telah tercuri pada 2011 lantaran mengunduh malware dan angka itu bisa meningkat secara dramatis.
Salah seorang pendiri Lookout Kevin Mahaffey memuji langkah Google terkait pengetatan sistem keamanan.
"Ini (langkah) yang sangat bagus, Google telah bekerja sama dengan komunitas Android untuk memberikan alternatif dalam proses pemasangan aplikasi sehingga pengembang berinovasi dengan cepat sekaligus meningkatkan sistem keamanan dasar pengguna Android," kata Mahaffey.
Kebebasan pasar Android dan ketertarikan pengembang karena open source telah mendorong pertumbuhan platform Android dengan cepat dan meningkatkan persaingan dengan platform mobile Apple iOS. Pada Desember, kurang dari tiga tahun setelah diluncurkan, Pasar Android mencapai 10 miliar total unduhan.
"Alasan mengapa Android keren karena anda dapat melakukan apapun yang anda inginkan dan tidak ada yang memerintah," kata Charlie Miller, konsultan keamanan Accuvant yang menjadi pemberitaan pada tahun lalu ketika ia mencoba menyelundupkan malware ke App Store Apple untuk menunjukkan kerentanan.