REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pendiri dan CEO Practo Shashank ND, menantang start up di Indonesia melahirkan aplikasi yang mendunia, seperti Google, Facebook atau uber.
''Saya kadang berpikir, kapan Indonesia mampu melahirkan Google, facebook atauuber berikutnya,'' kata Shashank melalui surat elektroniknya, Rabu (27/4). Ia optimistis para pengembang di Indonesia mampu melahirkan aplikasi-aplikasi yang mendunia.
Menurut Shashank, para pengembang harus berpikir bahwa aplikasi yang dikembangkannya akan mendunia. Tidak hanya berpikir bahwa aplikasi yang dikembangkan hanya untuk memenuhi kebutuhan di Indonesia saja.
''Google tidak mengatakan mereka ingin mengindeks semua informasi di Mountain View, atau California, atau Amerika Serikat. Tidak. Mereka mengatakan ingin mengindeks semua informasi di dunia - secara global, sejak Hari Pertama,'' katanya.
Begitu juga, Uber tidak mengatakan mereka akan menjadi supir pribadi semua orang di Amerika Serikat. ''Mereka berkata Everyone's Private Driver. Mengglobal sejak Hari Pertama,'' katanya kemudian.
Ia tidak menolak adanya anggapan bahwa saat suatu aplikasi dikembangkan, ada masalah pelik yang melekat. Pada beberapa kasus, mungkin begitu. Shasank menyatakan bahwa kebanyakan orang di seluruh dunia punya permasalahan yang sama, yang bisa dipecahkan dengan solusi yang sama.
''Bukan berarti karena banyak ide berasal dari Amerika Serikat atau dari pasar yang lain, kemudian bisa diaplikasikan dan sukses pula di Indonesia, mengapa kita berasumsi bahwa masalah Indonesia hanya terjadi di Indonesia? Mengapa menjauhkan manusia lainnya dari inovasi Anda yang fenomenal?,'' tulis Shashank.
Ia menganjurkan start up harus berpikiran akan mengglobal sejak Hari Pertama. Ini harus menjadi satu tujuan inti dari apa yang tengah dan akan dikerjakan. Sekaligus sebagai bagian kultur sehingga semua orang berpikir dan menjadikan global sebagai tolak ukur.
''Ketika Practo meluncur di Singapura pada 2012, banyak yang bilang bahwa kami melakukan hal yang bodoh. Kami juga sedikit skeptis apakah pasar yang maju seperti Singapura membutuhkan produk kami. Pada saat yang sama, saya sedang berada di sebuah event di Jerman. Ketika saya tiba di booth Practo, saya ingat pernah berpikir bahwa Jerman mungkin punya produk seperti itu tahun depannya, sehingga itu akan jadi pembelajaran yang bagus bagi kami di Practo, '' cerita Shashank.
Ia mengaku terkejut, karena baik di Singapura dan Jerman, dokter-dokter terpesona pada apa yang telah dilakukan. Mereka menyukai produk itu dan ingin segera mencoba dan memakai produk Practo.
''Jadi saya belajar bahwa persoalan yang sama muncul, dan dipecahkan oleh produk yang sama. Sama pentingnya, mengglobal akan meningkatkan produk Anda,'' paparnya.
Ia mengingatkan tak peduli seberapa bagus produk yang dikembangkan, ia akan selalu meningkat secara signifikan bila pengembang keluar dari Indonesia untuk meraih pasar yang lain dan menemukan pengguna yang lain yang akan mencobanya.
''Di Singapura kami banyak belajar banyak bagaimana perawatan kesehatan dipraktkkkan di sebuah negara berkembang, betapa harus responsifnya dan scalable-nya infrastruktur kami. Kami mengambil banyak pembelajaran dan menanamkannya ke dalam produk kami, sehingga versi berikutnya 10 kali lebih baik,'' kata Shashank.
Ia memastikan tidak menciptakan 'Versi Singapura'. Melainkan sebuah versi global yang bisa diterapkan di negara manapun. Oleh karena itu, produk di up grade sedemikian rupa dan tidak mengisolasi versi khusus untuk masing-masing negara.