REPUBLIKA.CO.ID, JIMBARAN -- Ancaman serangan siber di kawasan Asia Pasifik semakin serius. Statistik dari servis komputasi Kaspersky Security Network di bulan Juli-September 2016 menunjukkan, rata-rata terdapat 49 persen insiden keamanan siber di Australia, Cina, India, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.
Tiga negara memiliki angka insiden local threat tertinggi, yakni Vietnam (64 persen), Filipina (58 persen), dan India (55 persen). Sedangkan Cina unggul dalam kasus serangan siber web detected, disusul dengan Vietnam, India, dan Indonesia.
Dunia sudah memasuki titik di mana ada begitu banyak ancaman keamanan, termasuk serangan siber di dunia perbankan dan finansial. Direktur Global Research & Analysis Team APAC Kaspersky Lab, Vitaly Kamluk mengatakan, ancaman siber di dunia perbankan dimulai dari pencurian uang kecil-kecilan dari nasabah, perampokan ATM dengan cara membuka panel depan hingga meretas infrastruktur bank, hingga pengambilalihan akun nasabah menggunakan akun lain.
Ancaman siber tersebut juga sudah terjadi dan menjadi ancaman besar dunia finansial di Asia Pasifik. Sebagai kawasan berkembang, sangat wajar bila sektor finansial dan perbankan Asia Pasifik menjadi sasaran empuk kejahatan siber.
Angka insiden ransomware yang dideteksi Kaspersky Lab di Asia Pasifik juga ditemukan meningkat dibandingkan pada Februari dan Maret 2016. Kenaikannya bahkan mencapai 116 persen. Negara yang menjadi target infeksi ransomware tertinggi adalah India kemudian Vietnam. Peningkatan ini menunjukkan tren naiknya kejahatan siber di Asia Pasifik.
Head of Computer Incidents Investigation Kaspersky Lab, Ruslan Stoyanov, mengatakan pelaku kejahatan siber yang dulu banyak beroperasi di Rusia kini bergerak di negara lain. Posisi negara-negara Asia Pasifik sebagai hub ekonomi dunia menjadikan negara dan lembaga swasta perlu mewaspadai pelaku kejahatan siber dari Rusia.
"Negara Asia Pasifik sekarang jadi sasaran empuk, mereka ingin mencari lokasi untuk menutupi transaksi siber mereka di negara lain ditambah lagi negara Asia Pasific adalah hub ekonomi yang penting," ujarnya, di sela-sela Kaspersky Lab Cyber Security Weekend di kawasan Jimbaran, Bali, Jumat (7/10).
Pada dasarnya Vitaly mengatakan pada piramida serangan siber, kejahatan siber terletak di bagian tengah. "Ini serangan yang paling banyak dengan tujuan mendapatkan uang. Ransomware. Serangan yang biasanya ujungnya pemerasan."
Di bawah kejahatan siber terletak spionase siber. "Yang ini mengancam data tertutup pemerintah atau lembaga besar. Tujuannya geopolitik. Biasanya disponsori oleh negara lain," katanya. Vitaly menjelaskan pula sekarang garis antara kejahatan siber dan spionase siber mulai kabur. Kedua serangan ini mungkin terjadi bersamaan.