Selasa 23 May 2017 00:57 WIB
Membangun Pertahanan Siber

Negara dengan Pertahanan Siber yang Lemah Bakal Merugi

Rep: Siwi Tri Puji B/ Red: Agung Sasongko
Ancaman serangan siber kini semakin nyata
Foto: ABC
Ancaman serangan siber kini semakin nyata

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Adam Meyer, chief security strategist di SurfWatch Labs pernah mengingatkan akhir tahun lalu bakal munculnya ransomware se panjang tahun ini. "Jika 2016 adalah tahun di mana peretasan menjadi mainstream, 2017 akan menjadi tahun di mana para peretas ber inovasi," katanya waktu itu.

Dulu, katanya, cybersecurity dianggap sebagai bidang departemen teknologi informasi. Namun sekarang, keamanan siber adalah tanggung jawab semua departemen dalam se buah unit usaha atau instansi. "Lembaga yang cer das akan secara sistematis mengintegrasi kan keamanan ke dalam sistem mereka," kata Meyer.

Dia mengatakan, serangan ransomware tumbuh dengan cepat karena serangan tersebut "murah untuk dioperasikan, dan banyak organisasi belum menerapkan analisis dan pengambilan keputusan yang tepat untuk membela diri dari ancaman ini."

Padahal, menurut dia, melindungi diri sama murahnya karena hanya perlu mengidentifikasi kerentanan internal terhadap peretasan dan menerapkan praktik terbaik untuk pencegahan. "Tapi banyak perusahaan yang gagal memahami ancaman keamanan maya yang paling mungkin berdampak pada bisnis," ujarnya, seperti ditulis TechRepublic.

Meski kerugian tak semasif yang dibayang kan, karena peretas hanya mengantongi 70 ribu dolar AS dari miliaran dolar AS yang diincarnya, serangan siber ini telah mengubah ke amanan maya menjadi bagian diskusi keamanan nasional di banyak negara. Intinya, negara yang lemah pertahanan sibernya bakal merugi dan tertinggal di belakang.

Dan sialnya, seperti diungkapkan Presiden Microsoft, Brad Smith, banyak negara di dunia yang tidak memiliki kebijakan pertahanan siber yang memadai. Baru 'disentil' oleh ransom ware WannaCry saja, semua belingsatan. Ia menyebut kejadian ini harus menjadi 'panggilan untuk bangun' bagi semua pihak dalam membangun pertahanan maya. Smith juga menyayangkan keteledoran Badan Ke amanan Nasional Amerika Serikat (NSA) yang membiarkan malware-nya dicuri, yang kemudian dimodifikasi oleh peretas menjadi Wan naCry. "Bayangkan jika di dunia apa yang terjadi seandainya rudal Tomahawk yang dicuri," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement