REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para ahli perusahaan sistem keamanan asal Rusia, Kaspersky Lab, mengimbau para pemilik bitcoin atau mata uang virtual lain untuk waspada. Mata uang virtual memiliki kerentanan serangan malware. Para pelaku kejahatan siber menggunakan botnet atau trojan untuk meretas dompet berisi uang virtual.
"Nilai bitcoin semakin meninggi, hal tersebut memengaruhi peredaran malware bitcoin," ujar General Manager South East Asia (SEA) Kaspersky Lab Sylvia Ng dalam sebuah pernyataan tertulis.
Para ahli Kaspersky Lab menemukan, pelaku mendistribusikan trojan melalui pesan. Kemudian botnet dilepas untuk menambang dengan memanfaatkan perangkat bergerak, seperti Loapi.
Sylvia mengatakan, meski demikian pemilik mata uang virtual bisa mengamankan hartanya. Pemilik bitcoin atau sejenisnya jangan pernah menyimpan semua mata uang virtual pada satu bank online atau layanan bursa.
Tempat penyimpanan uang jenis baru tersebut merupakan sebuah institusi baru yang dijalankan oleh entitas anonim. Dengan demikian tidak ada jaminan bisa mengembalikan uang setelah dirampok.
Meski pemilik mata uang virtual merasa sebuah bursa daring mempunyai reputasi bagus, hal tersebut bukan jaminan. Saat ini ada banyak cara untuk meretas bank digital bila dibandingkan dengan brankas bank fisik.
Pemilik bitcoin juga diharapkan menggunakan layanan offline bitcoin wallet, seperti Electrum atau Armory. Cara tersebut bisa digunakan untuk menyimpan uang di dalam hard drive milik sendiri.
"Gunakan kata sandi yang kuat sebagai perlindungan ganda," lanjut Sylvia.
Akan jauh lebih baik pula bila kata sandi tersebut dibuat dengan perangkat lunak open source penghasil kata kunci. Demi keamanan penuh, simpan offline wallet tersebut di dalam hard drive terpisah atau perangkat yang tidak terhubung dengan internet.